PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) berhasil mencatatkan total penyaluran kredit sebesar Rp12,4 triliun pada akhir kuartal ketiga tahun 2024, naik 9,2% dibandingkan dengan akhir periode yang sama tahun lalu sebesar Rp11,3 triliun. Sektor UMKM merupakan bagian terpenting dan pendorong pertumbuhan kredit dalam periode 1 tahun terakhir.

Per akhir September 2024, sebesar 63,2% pinjaman atau senilai Rp7,8 triliun secara langsung maupun tidak langsung diberikan kepada pelaku UMKM dan 36,8% sisanya atau sekitar Rp4,5 triliun kredit disalurkan kepada nasabah non-UMKM. Penyaluran pinjaman ke UMKM ini meningkat 14,6% dibandingkan penyaluran pinjaman ke UMKM pada satu tahun sebelumnya, jauh melampaui peningkatan pertumbuhan pinjaman UMKM di industri perbankan secara keseluruhan pada periode sama yang meningkat 5,0%.

Baca Juga: Indonesia Hadapi Fenomena Mantap, UOB Gelar Diskusi Finansial untuk Kawula Muda

Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna, Henky Suryaputra, menjelaskan bahwa pencapaian tersebut tidak lepas dari kolaborasi dan pemanfaatan teknologi yang dilakukan Bank Sampoerna. Dari Rp7,8 triliun kredit ke UMKM, hampir 2/3 di antaranya atau sebesar Rp5,0 triliun disalurkan secara langsung oleh Bank Sahabat Sampoerna, sedangkan sisanya disalurkan ke UMKM lewat beberapa mitra strategis, baik koperasi, perusahaan financial technology, maupun peer-to-peer lending.

"Digitalisasi dan kolaborasi dengan pihak ketiga merupakan langkah strategis kami dalam merealisasikan komitmen Bank Sampoerna untuk membantu para pelaku UMKM. Dengan kedua strategi tersebut, kami terus mampu memperluas cakupan penyaluran kredit untuk UMKM hingga ke pelosok dan membantu perekonomian nasional," ujar Henky, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (14/11/2024).

Pemberdayaan UMKM yang dilakukan Bank Sampoerna juga tak lepas dari kepercayaan nasabah dan masyarakat. Hingga akhir September 2024, total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun Bank Sampoerna tercatat mengalami kenaikan signifikan sebesar 18,0% atau mencapai Rp14,6 triliun, dibandingkan dengan jumlah yang dihimpun satu tahun sebelumnya sekitar Rp12,4 triliun. Pertumbuhan DPK ini juga tercatat melampaui pertumbuhan DPK industri perbankan yang pada periode sama bertumbuh 6,7%.

Henky menambahkan, pertumbuhan DPK tersebut didukung program Sampoerna Fest yang melalui festival musik memberikan edukasi literasi keuangan serta mengajak masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas Sampoerna Mobile Banking. Beragam fitur Sampoerna Mobile Banking memungkinkan masyarakat untuk membuka tabungan, melakukan berbagai transaksi keuangan, dan mengelola keuangan secara bijak.

CEO Bank Sampoerna Ali Rukmijah menyampaikan bahwa di luar fungsi intermediasi penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat, Bank Sampoerna juga menjalankan misi memberdayakan UMKM lewat peran pemberian jasa perbankan atau yang dikenal sebagai Bank as a Service (BaaS). Peningkatan peran ini terefleksikan dengan makin banyak digunakannya jasa virtual account dan transfer dana melalui kerja sama mitra (host-to-host fund transfer) yang di 9 bulan pertama tahun 2024 berlangsung sebanyak lebih dari 20 juta transaksi dengan total nominal transaksi sebesar lebih dari Rp100 triliun. Jumlah transaksi ini meningkat dua digit dibandingkan jumlah transaksi yang terjadi pada periode yang sama tahun 2023.

Kinerja baik Bank Sampoerna juga tergambar pada profitabilitas. Sepanjang periode sembilan bulan pertama tahun 2024, Bank Sampoerna membukukan laba bersih sebesar Rp52,3 miliar, meningkat 40,2% dibandingkan Rp37,3 miliar, laba sepanjang periode yang sama tahun 2023. Peningkatan laba bersih juga berkorelasi langsung dengan peningkatan Return-On-Asset (ROA) dan Return-On-Equity (ROE) yang pada 9 bulan pertama tahun 2024 tercatat di angka 0,51% dan 2,21%.

Ali menegaskan bahwa kinerja Bank Sampoerna dicapai dengan fundamental yang solid. Rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) sebesar 27,1% per akhir September 2024. Demikian pula tingkat kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) bruto dapat dikendalikan pada angka 3,8%, tingkat yang masih tergolong relatif baik, khususnya dengan porsi pinjaman yang banyak disalurkan ke UMKM.

"Dengan kondisi global saat ini, tantangan ekonomi ke depan sepertinya belum akan mereda. Pertumbuhan kredit UMKM yang sudah beberapa waktu belakangan jauh lebih rendah daripada pertumbuhan kredit non-UMKM sepertinya masih akan belum banyak berubah dalam jangka pendek. Pun demikian, Bank Sampoerna akan terus mendukung UMKM karena masih banyak UMKM yang berpotensi dan masih banyak layanan Bank yang dapat dimanfaatkan UMKM untuk berkembang lebih jauh," pungkas Ali.