Di tengah pertumbuhan ekonomi yang kuat, pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama mencapai 5,1% (yoy), aktivitas Merger dan Akuisisi (M&A) diperkirakan akan mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2024. Hal ini sejalan dengan membaiknya proyeksi ekonomi global dan adanya normalisasi suku bunga.

Grant Thornton Indonesia menilai, peluang utama untuk M&A diprediksi akan muncul di beberapa sektor, seperti teknologi dan telekomunikasi, keuangan, energi terbarukan, kesehatan, serta perusahaan bioteknologi. Menjawab kebutuhan industri akan tren M&A, David Liputra Herlambang bergabung menjadi Advisory Partner Grant Thornton Indonesia.

Baca Juga: Industri Sinema Tanah Air Menguat, Laba Bersih Cinema XXI Semester I/2024 Naik 95,7%

"Strategi M&A menjadi alternatif solusi yang dapat meningkatkan nilai perusahaan di tengah dinamika bisnis yang makin cepat dan menantang. Para dealmaker perlu memikirkan strategi yang tepat untuk memberikan return yang optimal kepada para nasabah korporasi yang ingin memanfaatkan momentum M&A," ucap David dalam keterangan tertulisnya, dikutip Senin (5/8/2024).

Dia menambahkan, 'Situasi saat ini memberikan kesempatan unik untuk mengakuisisi aset dengan harga yang lebih menguntungkan. Investor yang dapat menavigasi kondisi ini dan mengidentifikasi aset berharga akan berada dalam posisi yang baik untuk mendapatkan keuntungan di masa depan."

Sebagai Advisory Partner di Grant Thornton Indonesia, David Liputra Herlambang akan fokus terlibat dalam menangani proyek-proyek M&A. Dengan pengalaman luas di industri dan wawasan mendalam tentang pasar Indonesia, David berkomitmen untuk membantu klien mencapai tujuan strategis mereka.

"Grant Thornton Indonesia berkomitmen untuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi dan membantu para investor dalam memanfaatkan peluang yang ada di tengah kondisi pasar global saat ini. Kami percaya bahwa dengan strategi yang tepat, Indonesia akan terus menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi yang penting di Asia Tenggara, mendorong inovasi dan kemajuan bagi semua pihak yang terlibat," tutupnya.

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, ekonomi Indonesia mampu menunjukkan resiliensinya di tengah ketidakpastian global yang tercermin dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama mencapai 5,1% (yoy). Pertumbuhan tersebut juga diiringi dengan peningkatan kualitas yang terlihat dari penciptaan lapangan kerja yang cukup tinggi sehingga mampu menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ke level di bawah prapandemi.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada awal tahun ini juga didukung oleh peningkatan konsumsi rumah tangga dan Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT), masing-masing tumbuh 4,9% dan 24,3% (yoy). Pengeluaran konsumsi pemerintah (PKP) meningkat 19,9% (yoy) berkat kinerja belanja pegawai dan berbagai program sosial.

Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 3,8% (yoy), didorong oleh belanja modal pemerintah terkait infrastruktur dan keberlanjutan hilirisasi sumber daya alam. Namun, perlambatan ekonomi global memengaruhi pertumbuhan ekspor dan impor dengan ekspor riil hanya tumbuh 0,5% (yoy) dan impor riil tumbuh 1,8% (yoy).