Wartawan senior Indonesia, Andy Flores Noya, mengungkapkan sisi paling personal dari perjalanan hidupnya, masa kecil yang penuh kehilangan kasih sayang.
Dikisahkan pria kelahiran 6 November 1960 ini, dirinya tumbuh dalam keluarga yang retak akibat perceraian orang tuanya, sehingga sejak dini Andy harus menghadapi realitas keras kehidupan.
“Saya adalah anak yang kehilangan kasih sayang orang tua. Dua sebenarnya, karena ayah dan ibu saya bercerai. Ada satu waktu di mana saya merasa tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua,” ungkap Andy, dalam sebuah video yang dikutip Olenka, Minggu (24/8/2025).
Dikatakan Andy, sejak masih duduk di bangku sekolah dasar, ia sudah terbiasa hidup mandiri. Ibunya bekerja dari pagi hingga larut malam untuk menghidupi keluarga, sehingga kehadiran sosok ibu pun sering tak ia rasakan.
“Ibu sibuk mencari nafkah, dari pagi sampai malam pernah jadi kasir di sebuah restoran. Pagi hari, subuh-subuh dijemput sama mobil sayur, mobil pick up. Kami belum bangun, ibu saya sudah pergi. Pulang malam hari ketika kami sudah tidur,” kenangnya.
Kondisi ekonomi yang serba terbatas itulah yang membuat Andy harus belajar mengurus dirinya sendiri.
“Jadi saya sejak SD itu mandiri, nyetrika sendiri, nyuci celana, seragam sendiri. Sepatu ini cuma satu-satunya sepatu karena kami hidup dalam kemiskinan,” tukasnya.
Tak hanya kehilangan figur ibu karena kesibukan, Andy juga tumbuh tanpa mengenal sosok ayahnya.
“Saya tidak mengenal ayah saya sejak saat saya lahir. Dari cerita saja kalau saya tanya kenapa anak-anak punya ayah, saya tidak. Ibu saya selalu bilang, kamu punya ayah tapi ayahmu sudah pergi jauh,” tutur Andy.
Baca Juga: Andy F Noya Ungkap Penyesalan Terbesar Dalam Hidup: Sampai Hari Ini Gak Bisa Aku Perbaiki
Bagi Andy, pengalaman pahit ini menjadi pelajaran berharga tentang arti kasih sayang dan dampak besar perceraian orang tua terhadap anak.
Ia pun menegaskan, keputusan berpisah seringkali hanya dilihat dari kacamata orang dewasa, tanpa mempertimbangkan luka batin anak.
“Berapa banyak anak-anak korban perceraian, perceraian yang ditentukan oleh orang dewasa. Ketika mereka berpisah, mereka tidak mempertimbangkan perasaan anak-anak yang harus kehilangan orang tua,” tutur Andy.
“Jadi saya sering menasihati teman-teman saya, jangan kalian ambil keputusan untuk bercerai dan mengabaikan perasaan anak,” sambung Andy.
Ia pun lantas mengingatkan, anak-anak juga memiliki hak untuk bahagia dan tidak seharusnya menjadi korban ego orang tua.
“Mereka itu makhluk hidup. Mereka punya hak juga untuk bahagia, dan kalian rusak kebahagiaan itu hanya karena ego-ego kalian berdua, suami istri. Dan saya adalah korban di mana saya merasakan kehilangan kasih sayang itu,” kata Andy dengan penuh emosi.
Meski begitu, Andy tak pernah meragukan cinta ibunya. Baginya, pengorbanan sang ibu adalah bukti kasih sayang yang nyata, meski harus dibayar dengan keterasingan.
“Ibu saya pasti mencintai saya. Tapi karena kesibukan dia harus mencari nafkah, saya bertahun-tahun kehilangan figur ibu dan kehilangan figur ayah,” pungkasnya.
Baca Juga: Kisah Andy F Noya Berkarier hingga Jadi Pemimpin Redaksi Tanpa Modal Ijazah Sarjana