PDI Perjuangan memberi peringatan kepada Partai Golkar untuk berhati-hati menerima Presiden Joko Widodo sebagai anggota baru mereka. 

Hal ini disampaikan senior PDI Perjuangan Andreas Hugo Pareira merespons isu yang menyebut Jokowi bakal bergabung ke Golkar setelah purnatugas pada Oktober 2024 mendatang. 

Hugo Pareira yang juga Ketua DPP PDI-P itu mengatakan Golkar jangan sampai terlena dengan iming-iming kekuasaan yang dijanjikan Jokowi, jangan sampai Jokowi hanya memanfaatkan partai berlambang pohon Beringin itu sebagai kendaraan untuk mempertahankan eksistensinya di ranah politik nasional. 

Baca Juga: Menanti Pertemuan Megawati- Surya Paloh di Tengah Usulan Hak Angket yang Stagnan

“Hari-hari ini adalah episode berikut daripada apa yang dilakukan oleh Pak Jokowi. Sekarang Golkar atau mungkin partai yang lain gitu, sehingga beliau eksis di dalam proses kekuasaan ini,” kata Andreas dilansir Olenka.id Rabu (13/3/2024).

Hugo mengatakan, apabila sudah bergabung dan mendapat kekuasaan di Golkar, Jokowi bisa melakukan manuver-manuver yang justru mengancam Golkar. 

Hugo lantas menyinggung sejumlah gejolak politik yang muncul di era pemerintahan Jokowi lantaran manuver manuver berbahaya. Adapun gejolak politik tersebut, isu penundaan pemilu dan isu perpanjangan masa jabatan presiden menjadi tiga periode hingga polemik Mahkamah Konstitusi (MK) yang meloloskan Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo Subianto pada Pilpres 2024. 

“Ini soal formalitas etik dan moral, dan segala macam itu bukan masalah bagi beliau di dalam melihat persoalan ini, bagaimana berkuasa ini. Jadi saya kira pendekatan cara melihat persoalan, kalau kita melihat dengan pendekatan formal seperti ini, kita akan ketipu terus,” ujar Hugo. 

Ingin Kendalikan Golkar 

Hal yang sama juga disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo. Dia mengatakan, keinginan Jokowi bergabung ke Golkar hanya ingin mempertahankan eksistensinya, Jokowi disebutnya punya niat untuk mengendalikan Golkar. 

Karyono menilai target mengendalikan Golkar adalah salah satu agenda  politik Jokowi yang selama ini ditutup-tupi, namun hal itu akhirnya mengemuka ke publik setelah Jokowi terang-terangan mempertontonkan cawe-cawe dengan merestui putra mahkotanya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2024 

Baca Juga: Ganjar Pranowo Klaim Pendukungnya Diintimidasi Aparat Negara Setelah Bersaksi

"Agenda politik yang awal mulanya tersembunyi akhirnya mulai terbongkar ketika putra mahkota yang bernama Gibran Rakabuming Raka disiapkan menjadi calon wakil presiden melalui putusan MK yang kontroversial," kata Karyono. 

Adapun Jokowi disebut-sebut bakal merapat ke Golkar pasca melepas jabatan kepala negara pada pertengahan 2024 ini. Isu itu mencuat di tengah desas-desus keretakan hubungannya dengan PDI Perjuangan. 

Jokowi memilih jalannya politiknya sendiri dengan mendukung Prabowo-Gibran untuk melawan PDI Perjuangan yang mengusung Ganjar Pranowo-Mahfud MD. 

Karyono menilai, keretakan hubungan itu membuat posisi Jokowi menjadi tak kuat lagi secara politik, untuk itu dia butuh kekuatan baru berupa partai politik sekaliber PDI Perjuangan, pilihannya hanya Golkar yang menjadi parpol terbesar ke dua setelah PDI Perjuangan. 

Baca Juga: Tekad Prabowo Sulap Sawit dan Singkong Jadi BBM Didukung Energy Watch

Dengan mengenalkan Golkar, lanjut Karyono Jokowi bisa leluasa mengontrol pemerintahan, dengan begitu semua program yang telah ia dicanangkan selama dua periode kepemimpinannya bisa dipastikan berjalan mulus tanpa rintantangan.  

"Salah satu opsinya adalah mengendalikan Golkar sebagai partai terbesar kedua setelah PDIP. Sementara Gerindra sudah dikendalikan Prabowo, Partai Demokrat sudah," ujar Karyono.

Dibantah KSP 

Sementara itu, Kantor Staf Presiden (KSP) dengan tegas membantah isu itu.  Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin mengatakan Jokowi bakal pulang ke kota kelahirannya di Solo, setelah tuntas menunaikan kepemimpinannya selama satu dekade. 

"Jokowi juga saya kira tidak ke Golkar kok, Bapak akan kembali ke Solo,” kata Ngabalin.

Jokowi dalam berbagai kesempatan telah menyatakan bakal balik ke kampung  halaman setelah melepas kursi RI 1.

Ketimbang kembali menceburkan diri dalam gelanggang politik nasional dengan bergabung ke partai politik, ia lebih memilih menikmati hari tuanya di Solo.

Ngabalin mengatakan, pernyataan Jokowi itu sudah jelas, dia adalah orang yang konsisten dengan pernyataannya.Jokowi tak lagi terlibat aktif dalam kancah politik nasional. 

Baca Juga: Gelar Indonesia Most Visionary Companies Award 2024, Warta Ekonomi Dukung Perusahaan dengan Ambisi Berkelanjutan

“Beberapa kali pernyataan beliau (bakal balik ke Solo) dan itu saya yakini adanya."

"Sepanjang lebih kurang 8 tahun saya di Istana, saya tahu dan paham benar sikap dan kepribadian Jokowi, konsisten dengan apa yang beliau katakan," paparnya. 

Lantaran Jokowi tak masuk Golkar, Ngabalin mengaku kursi ketua umum partai politik berlambang pohon beringin itu bakal kembali ke tangan Airlangga Hartarto. 

Bukan tanpa alasan Airlangga kembali dipercaya memimpin Golkar. Kata Ngabalin, di bawah kepemimpinan Airlangga, Golkar melaju mulus pada pemilu kali ini, dengan perolehan suara mentereng.

"Dengan perolehan kursi dan suara yang signifikan pada pemilu tahun ini membuat kepercayaan kader dan anggota pada Mas AH (Airlangga Hartarto) sangat amat positif,” ucapnya.