4. Pertahankan Komitmen pada DEI
Meski tekanan politik dan hukum memengaruhi banyak inisiatif Diversity, Equity, and Inclusion (DEI), nyatanya 91% karyawan pernah mengalami diskriminasi.
Komitmen pada DEI bukan hanya urusan reputasi, tapi ini adalah dasar dari kepercayaan. Karyawan merasa aman dan dihargai ketika organisasi memegang teguh nilai-nilai inklusif.
5. Selaraskan Teknologi dengan Nilai Kemanusiaan
AI memang menjanjikan efisiensi, tapi tanpa komunikasi yang jelas, ia justru menimbulkan kecemasan. Pemimpin perlu menjelaskan tujuan integrasi teknologi, dampaknya terhadap pekerjaan, dan langkah-langkah pendampingan seperti pelatihan ulang atau penempatan kembali.
Otomatisasi tidak boleh mengorbankan mata pencaharian, tapi ia harus membuka peluang.
Perlu diingat juga, membangun kepercayaan tidak bisa diselesaikan dalam satu kuartal. Namun, kepercayaan adalah mata uang yang membiayai perubahan berkelanjutan. Ia mendorong keterlibatan, memperkuat kohesi tim, dan menciptakan organisasi yang siap menghadapi masa depan.
Ketika pemimpin memimpin dengan kejelasan, konsistensi, dan empati, kepercayaan bukan hanya mungkin, melainkan menjadi kekuatan pendorong transformasi yang sesungguhnya.
Baca Juga: 6 Strategi Kepemimpinan yang Membuat CEO Unggul dalam Krisis Menurut Studi IBM