Growthmates, kamu pasti nggak asing lagi dengan istilah “kutu loncat” di dunia kerja, atau yang lebih profesionalnya disebut job hopping. Istilah ini merujuk pada kebiasaan karyawan, khususnya generasi muda, yang sering berpindah dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain dalam waktu relatif singkat.
Fenomena ini sering dikaitkan dengan semangat generasi milenial dan Gen Z yang ingin terus berkembang, mencari tantangan baru, atau menemukan lingkungan kerja yang lebih ideal. Tapi, sebenarnya bagaimana pandangan para akademisi soal tren ini?
Akademisi dan praktisi, Daniel Christian Tarigan, berpandangan seseorang yang gemar berpindah kerja berpotensi lebih sukses apabila dibandingkan dengan orang yang menetap di satu perusahaan dalam periode waktu lama.
“Tapi pindahnya bukan karena bermasalah, lebih ke pindah karena memang kita sudah mencapai karir tertentu, terus pindah lagi,” ujar Daniel Christian Tarigan saat ditemui tim Olenka, beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Mitos atau Fakta: Jangan Terlalu Loyal kepada Perusahaan, Ini Penjelasan Daniel Christian Tarigan
Jika kesuksesan diukur dari besarnya penghasilan atau jumlah payroll yang diterima, lanjut Daniel, maka mereka yang sering pindah kerja justru cenderung memiliki pendapatan lebih tinggi dibandingkan yang menetap lama di satu tempat.
Namun, penting untuk digarisbawahi bahwa yang dimaksud di sini adalah perpindahan kerja yang dilakukan secara profesional, bukan karena terlibat masalah, seperti dipecat, melakukan kecurangan, atau konflik di tempat kerja.
Dengan kata lain, job hopping bisa menjadi strategi yang efektif untuk mempercepat kenaikan gaji dan karier, asalkan dilakukan dengan alasan yang tepat dan tetap menjaga etika profesional.
Namun, di sisi lain, ada juga perusahaan, terutama perusahaan multinasional berskala besar, yang sudah memiliki sistem karierisasi yang tertata dengan sangat baik.
Baca Juga: 6 Cara Membangun Hubungan Profesional yang Sehat di Tempat Kerja
Berdasarkan pengalaman Daniel, perusahaan-perusahaan seperti ini biasanya memiliki puluhan ribu karyawan dan struktur organisasi yang matang, sehingga jalur pengembangan kariernya pun lebih jelas dan terarah.
Jika seseorang bekerja di perusahaan kategori great company, ia justru bisa fokus meniti karier di sana tanpa harus berpindah-pindah, karena peluang untuk berkembang hingga ke posisi puncak tetap terbuka lebar.
“Sehingga berkarir lama di organisasi yang seperti itu mungkin memang promising untuk bisa mencapai posisi puncak karir yang sesuai dengan kapasitas dari masing-masing individunya,” imbuhnya.