Mimpi sederhana Tiopilus untuk terus bergerak maju di tengah keterbatasan mulai terwujud. Melalui Vantera, brand sandal lokal, Tiopilus berhasil menjadi pengusaha di usianya yang terbilang muda. Dulu sering dipandang sebelah mata, kini justru jadi incaran banyak anak muda berkat produk sandalnya yang makin digandrungi. Simak kisah selengkapnya berikut ini!
Di tengah persaingan industri fesyen dan footwear yang semakin kompetitif, brand Vantera muncul sebagai salah satu brand lokal yang berkembang pesat, khususnya di kalangan anak muda. Di balik kesuksesan tersebut, tersimpan kisah perjuangan Tiopilus yang memulai segalanya hanya bermodal tekad, keberanian untuk belajar, dan semangat pantang menyerah di usia 21 tahun.
Meski sempat dipandang sebelah mata karena usianya yang masih sangat muda, ia tetap melangkah dan membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk menciptakan karya yang berdampak. Bersama Shopee, Vantera tidak hanya berkembang sebagai bisnis, tapi juga menjadi simbol semangat anak muda yang berani melawan arus dan membangun sesuatu dari keterbatasan.
“Gagasan untuk mendirikan Vantera muncul saat saya baru lulus kuliah di usia 21 tahun. Waktu itu masih masa pandemi COVID-19, dan mencari pekerjaan sebagai fresh graduate terasa sangat sulit. Apalagi waktu itu saya juga mengalami cedera yang membuat semakin sulit untuk mendapat panggilan pekerjaan. Di tengah hari-hari saya menunggu panggilan kerja, saya mulai berpikir dibandingkan hanya terus menunggu mungkin ini saatnya mencoba usaha sendiri. Kebetulan saya punya kenalan di bidang konveksi, jadi saya memutuskan untuk mulai memproduksi sandal pria dan meluncurkan bisnis Vantera ini,” ujar Tiopilus dalam keterangannya seperti dikutip, Rabu (7/5/2025).
Baca Juga: Sukses Berkarya Sebelum 30: Kisah Titan Tyra Membangun Secondate
Belajar Sambil Berjalan, Shopee Jadi Titik Awal Vantera Masuk Pasar Brand Lokal
Sejak awal, Vantera dibangun mulai dari mimpi sederhana yaitu terus bergerak maju di tengah keterbatasan. Tanpa ekspektasi tinggi, bisnis ini dimulai dari skala kecil dan proses yang serba mandiri, mulai dari mencari konveksi yang cocok, belajar memahami bahan, hingga mengurus produksi sendiri.
“Saya benar-benar belajar semuanya secara otodidak sambil menjalankan bisnis ini. Dunia footwear sebelumnya bukan sesuatu yang saya pahami betul. Tapi saya yakin, kalau terus konsisten dan mau belajar, pasti akan ada hasilnya,” tambah Tiopilus.