PT Metrodata Electronics Tbk (Metrodata) dan FPT Is Company Limited (FPT) resmi menandatangani perjanjian kerja sama dalam mendirikan joint venture bernama PT FPT Metrodata Indonesia (FMI) pada 23 September 2024.
Pendirian FMI ini sebagai bentuk strategi yang ambisius dalam melihat suatu peluang pasar baru, di mana menitikberatkan pada investasi R&D, pengembangan kekayaan intelektual, dan layanan profesional tingkat atas.
Berdasarkan laporan dari e-Conomy SEA 2023, Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi digital yang diproyeksikan mencapai US$360 miliar pada tahun 2030. Tentunya, dalam hal ini membuktikan potensi besar untuk berpeluang pada industri cybersecurity dan transformasi kecerdasan buatan (AI).
Baca Juga: Tingkatkan Efisiensi Organisasi Kelola SDM, Metrodata Electronics Bermitra dengan Workday
Berpacu pada hal di atas, FMI sebagai perusahaan akan berfokus pada pengembangan layanan keamanan siber, kemudian akan diikuti dengan layanan AI dan layanan cloud GPU, serta pengembangan pada perangkat lunak. Diperkirakan, target dari run-rate bisnis ini mencapai US$100 juta dolar pada lima tahun ke depan.
Nantinya, baik FPT maupun Metrodata berkomitmen untuk bersama-sama meningkatkan nilai investasi mereka, sebagai kebutuhan akan modal tambahan dengan mayoritas pemegang saham dipegang oleh Metrodata sebesar 60%, sementara FPT memiliki 40% kepemilikan saham.
Kejelian Melihat Peluang Keamanan Siber Sebagai Layanan di Indonesia
Dalam dunia digital, keamanan siber sangat berperan penting dalam meyakinkan kepercayaan diantara pelaku pasar. Pasalnya, saat ini pasar keamanan Cyber mencapai sekitar US$125 juta pada tahun 2024, dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sekitar 20%. FMI berada dalam posisi yang baik untuk menangkap permintaan yang terus berkembang bersamaan dengan pertumbuhan perusahaan.
Tran Dang Hoa, Chairman dari FPT IS menilai bahwa kondisi produknya di pasaran adalah wujud dari kepedulian terhadap transformasi AI di pasar global.
"Kami telah mendapatkan kepercayaan dari pelanggan di seluruh dunia dan mencapai pendapatan ekspor perangkat lunak sebesar US$1 miliar dari pasar internasional," ungkap Tram Dang Hoa dalam konferensi pers di Jakarta, Senin, 23 September 2024.
Lebih jauh, ia menjelaskan dengan adanya usaha patungan ini akan berpotensi untuk meraup sejumlah keuntungan. Pasalnya, FMI akan dapat memimpin pasar keamanan siber & Transformasi AI di Indonesia dan Juga di Vietnam.
“Kami berkomitmen untuk berinvestasi bersama demi memastikan bahwa FMI akan memimpin pasar Keamanan Siber & transformasi Al, sekaligus memberikan nilai berdasarkan kekuatan teknologi kepada bisnis di Vietnam dan Indonesia," tambahnya.
Di lain sisi, Metrodata sebagai pengemban IT terbesar di Indonesia berusaha untuk membawa wawasan pasar lokal lebih dalam. Dengan memberikan keahlian yang luas pada pengembangan perangkat lunak, keamanan siber, dan kecerdasan buatan. Mereka berupaya untuk menggaet pangsa pasar Indonesia pengembangan layanan produk dan properti intelektual terkemuka.
Susanto Djaja, Presiden Direktur PT Metrodata Electronics Tbk mengatakan, “Metrodata akan merayakan ulang tahun yang ke-50 pada tahun 2025. Ini adalah aspirasi dan komitmen kami untuk merayakan 50 tahun kesuksesan lainnya," ungkapnya.
Menurut Susanto, keamanan siber saat ini merupakan suatu kebutuhan. Dan kerjasamanya dengan FPT merupakan upaya untuk membuka peluang pada transformasi AI di Indonesia
“Keamanan siber kini menjadi kebutuhan, bukan sekadar pelengkap. Kerja sama usaha patungan dengan FPT membuka kemungkinan baru, mengakselerasi, dan memperkuat kepemimpinan Metrodata dalam mendorong transformasi Al di Indonesia," katanya lagi.
Mengadopsi AI dalam Mempercepat Kepemimpinan Indonesia di Asia Tenggara
Berdasarkan prediksi dari IMF bahwa keberadaan AI akan mempengaruhi hampir 40% pekerjaan di seluruh dunia. Di lain hal, pendapat Oliver Wyman yang memperkirakan bahwa, "Generated AI dapat menambah Hingga 20% di PDB global pada tahun 2030 dan menghemat 300 miliar jam kerja setiap tahunnya."
Pasar Indonesia mengadopsi AI dengan tingkat positif, di mana banyaknya pengakuan dari pelanggan perusahaan yang merasakan kebermanfaatan AI dalam mengungguli persaingan yang ada. Tentunya, bagi FMI akan dapat menciptakan peluang untuk menyediakan layanan konsultasi, serta solusi AI SaaS, yang memungkinkan menghemat biaya dan waktu mereka untuk mengembangkan bisnis yang berbeda.
Sebagai upaya awal, FMI akan membangun SOC Command Centre generasi berikutnya, memungkinkan perusahaan tidak hanya mengkonsolidasikan layanan pemantauan di berbagai jenis Security Information and Event Management (SIEM) pelanggan tetapi juga memperluas dan meningkatkan skala operasinya ke perusahaan Indonesia.
FMI berencana untuk mengembangkan dan meluncurkan produk baru yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan pasar menengah di Indonesia dalam waktu 12 bulan. Dengan memanfaatkan teknologi EagleEye dari FPT, FMI bertujuan untuk meningkatkan optimasi biaya dalam operasi layanan terkelola.