dr. Ari melanjutkan, salah satu tantangan utama perawatan lansia dengan keterbatasan mobilitas adalah dekubitus atau luka tekan, terutama pada area tubuh seperti sakrum, bokong, dan tumit. Penipisan kulit dan berkurangnya kolagen pada lansia memperburuk risiko ini.
“Dekubitus bukan sekadar luka fisik. Ia mempengaruhi kenyamanan, kualitas tidur, bahkan kesehatan mental lansia. Maka edukasi bagi caregiver dan keluarga sangat krusial,” jelasnya.
Ia pun mengatakan, dengan 90% lansia tinggal bersama keluarga, pendekatan berbasis keluarga menjadi strategi utama pemerintah. Data menunjukkan, 80,8% lansia dengan ketergantungan berat dirawat oleh anggota keluarga.
Lewat Gerakan Cinta Lansia, sambung dr. Ari, Kementerian Kesehatan pun mengajak masyarakat menunjukkan kasih sayang dengan tindakan nyata seperti melakukan cek kesehatan secara rutin, melakukan aktivitas fisik teratur, makan makanan dengan gizi seimbang, menjaga kesehatan mental, istirahat cukup, dan menjaga kebersihan diri.
“Edukasi ini diperluas melalui media sosial dan pelatihan caregiver. Keluarga adalah benteng pertama dan terakhir bagi kesejahteraan lansia,” tegas dr. Ari.
Menutup pernyataannya, dr. Ari menyampaikan apresiasi atas kolaborasi lintas sektor yang mendukung edukasi dan inovasi dalam layanan perawatan lansia, khususnya perawatan kulit dan pencegahan dekubitus.
“Semoga kegiatan dan semangat Hari Lansia Nasional ini memberikan dampak nyata dalam upaya kolektif menciptakan lansia yang lebih sehat, mandiri, dan bermartabat,” pungkasnya.