Investasi Baru di Industri Keramik Indonesia
Alih-alih berdampak negatif, BMAD justru dinilai sebagai cahaya baru bagi investasi di industri keramik Tanah Air. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme beberapa importir besar membangun pabrik di Indonesia.
Di antaranya PT Superior Porcelain Sukses dengan kapasitas produksi 21,6 juta meter persegi di Subang dan PT Trust Trading yang akan melanjutkan pembangunan pabrik di Kendal dengan kapasitas produksi 18 juta meter persegi per tahun.
Proyek ini bernilai investasi sebesar 1,2 triliun dan diperkirakan akan menyerap 700 tenaga kerja.
Selain itu, PT Rumah Keramik Indonesia juga berencana membangun pabrik dengan kapasitas produksi 20 juta meter persegi di Batang dengan investasi sebesar Rp1,5 triliun yang akan menyerap 1.000 tenaga kerja.
Baca Juga: Barang Impor Gerus Penerimaan Negara, Jokowi Minta Pemerintah Daerah Pakai Produk Lokal
Kekhawatiran yang Akan Terjadi
Beberapa pihak turut berkomentar terkait rencana penerapan BMAD. Tak hanya respon positif yang mendukung, adapun pihak yang merasa khawatir dan mewanti-wanti pemerintah untuk menyiapkan solusi dari polemik yang kemungkinan akan terjadi.
Salah satunya adalah Pengamat Hubungan Internasional (HI) Robi Sugara, ia menilai akan menjadi masalah jika tidak disikapi dengan serius oleh pemerintah. Ke depannya akan menjadi blunder bagi perdagangan dalam negeri dan internasional.
Dengan diberlakukannya kebijakan ini, China bisa melakukan retaliasi (tindakan balasan) atas produk-produk Indonesia. Untuk diketahui, nilai ekspor Indonesia ke China cukup besar.
“Apalagi kalau kita berbicara komoditas-komoditas strategis pertambangan dan juga perkebunan yang saat ini banyak kita ekspor ke China dan juga komoditas-komoditas hilirisasi, terutama ketakutan dari kami adalah China mencoba untuk melakukan retaliasi,” ujar Robi.
Ia mengingatkan bahwa Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berpotensi mendapatkan getah dari kebijakan BMAD atas produk keramik Cina tersebut. Pasalnya, Airlangga memiliki tanggung jawab menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidang perekonomian.
Baca Juga: Kadin Indonesia dan Kementerian Perdagangan Sepakat Bentuk Satgas Impor Ilegal
Indonesia, lanjut Robi, bukan hanya akan mengalami kerugian perekonomian dalam negeri, tetapi juga akan kehilangan China sebagai mitra strategis dalam perdagangan internasional.
Pendapat itu juga disetujui oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF). Mereka menyebut penerapan bea masuk ini dapat memicu munculnya perang dagang antara China dan Indonesia.
"Kemungkinan yang akan terjadi retaliasi balasan terhadap produk asal dari Indonesia yang akan dilakukan pihak dari China," kata Andry dalam acara Diskusi Publik.
Lebih lanjut, dia menjelaskan penerapan BMAD dengan tarif maksimal 199% ini dapat memicu pengalihan perdagangan atau trade diversion. Dia menyebut impor keramik akan bergeser ke negara lain, seperti India dan Vietnam.
Selain itu, dia juga memperkirakan pasar persaingan semakin kecil. Pasalnya, pilihan konsumen semakin sedikit lantaran harga keramik makin mahal.