Nama Arifin Panigoro terus dikenang sebagai salah satu pengusaha sukses Tanah Air, bahkan julukan ‘Raja Minyak’ yang melekat padanya tak pernah tergantikan kendati ia telah berpulang beberapa tahun silam. Mahkota raja minyak itu ia bawa sampai ke keabadian.
Pria kelahiran 14 Maret 1945 itu memang telah digariskan sebagai laki-laki super, ia tak hanya pandai berbisnis tetapi piawai dalam berbagai hal termasuk berpolitik.
Baca Juga: Mengenang Sosok Yu Djum, Perempuan di Balik Gudeg Legendaris
Kariernya di dunia politik sama mentereng seperti ia membangun kerajaan bisnisnya. Arifin juga pecinta olah raga sepak bola, Turnamen Piala Medco adalah ide yang tercetus dari pikiran cemerlangnya, Piala Medco ini yang menjadi cikal bakal Liga Primer Indonesia (LPI)
Arifin sungguh luar biasa, ia selalu disertai kesuksesan dimanapun ia menapakan kakinya. Itu karena kesungguhan hati dan dedikasinya yang tinggi.
Merengkuh Mahkota
Jebolan Elektro Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1973 itu meraih kesuksesan besar setelah mendirikan Meta Epsi Pribumi Drilling Company (MEDCO) pada 9 Juni 1980. Lewat tangan dinginnya usaha yang baru ia rintis itu melejit secepat kilat.
Dalam kurun satu dekade setelah perusahaan itu dirintis, Medco mengakuisisi Tesoro di Kalimantan Timur pada 30 Desember 1992. Invasi Medco terus berlanjut, pada 1994 mengakuisisi operasi Stanvac di Indonesia, di tahun yang sama perusahaan ini juga mencatatkan saham perdananya di pasar bursa. -
Akuisisi Stanvac menjadi salah satu tonggak sejarah dalam perjalanan Arifin bersama Medco, akuisisi yang dimenangkan melalui tender itu membuat perusahaan minyak tertua di Indonesia itu tak lagi dikuasai asing, semua sahamnya menjadi dimiliki Medco.
Medco kemudian menemukan lapangan minyak terbesar di Kaji dan Semoga, Blok Rimau Sumatera Selatan pada 31 Desember 1996. Setahun kemudian tepatnya pada 30 Desember 1997, perseroan mengawali aktivitas hilir.
Dari sini pula, julukan ‘Raja Minyak’ itu berasal, perlahan tapi pasti Arifin terus mengembangkan usahanya dengan mengakuisisi sejumlah blok, bahkan blok-blok internasional turut diambil alih.
Arifin membawa Medco menjadi perusahaan energi dan sumber daya alam terkemuka di Asia Tenggara sekaligus yang terbesar di Indonesia. Arifin telah menapakan kakinya di atas tahta kerajaan.
Tak hanya itu, Arifin yang pernah tercatat menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes itu terus mengembangkan bisnisnya dengan membangun sejumlah anak usaha, bisnisnya menggurita di sejumlah lini termasuk merambah ke bisnis pembangkit listrik melalui anak usahanya, Medco Power Indonesia.
Taat Pajak
Arifin bukan pengusaha curang yang melakukan segala cara untuk meraih keuntungan besar termasuk mengemplang pajak, seluruh bisnisnya ia kerjakan dengan penuh kejujuran. -
Semua orang tentu saja masih ingat ketika dirinya pada 2016 lalu datang langsung ke kantor pajak melaporkan Surat Pernyataan Harta (SPH) dalam rangka mengikuti program pengampunan pajak atau tax amnesty
Meski dalam catatannya kala itu, sejak 15 tahun terakhir dirinya tidak memiliki harta yang tidak terbayar pajaknya, namun Arifin tetap memanfaatkan program tax amnesty untuk melaporkan saham-sahamnya yang berada di perusahaan asing kepada negara.
Baca Juga: Pertemanan Tahir dan Syed Mokhtar Serta Mimpi Membangun Museum Muslim di Indonesia
Dia pun sempat mendapatkan apresiasi dan penghargaan sebagai pembayar pajak terbesar dari Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) pada 2016.
Masuk Politik
Kesuksesan di dunia bisnis tak membuat Arifin berpuas diri, ia mencari tantangan baru untuk ditaklukan, lewat berbagai pertimbangan matang ia kemudian memutuskan terjun ke dunia politik. Ia tercatat menjadi kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) sejak 1999 hingga 2005 dan akhirnya mendirikan sebuah partai baru pada 2005 yakni Partai Demokrasi Pembaruan.
Sama seperti di dunia bisnis, di politik Arifin juga meraih kesuksesan besar, pada 2004 ia berhasil masuk Parlemen Senayan menjadi anggota DPR RI, ia kemudian didapuk menjadi Anggota Dewan Pertimbangan Presiden periode 2019-2024 oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Jauh sebelum meraih kesuksesan di dunia politik, Arin sempat bikin kontroversi, ia terjadi ketika dirinya dituduh berupaya menggagalkan Sidang Umum MPR 1998 pelantikan Presiden Soeharto untuk ketujuh kalinya, karena ia melakukan pertemuan dengan sejumlah tokoh politik di Hotel Radisson, Yogyakarta.
Sebuah memo dari asisten Wakil Presiden kala itu, Sofian Effendi, menuduhnya berencana melakukan makar. Selanjutnya, ketika aksi mahasiswa semakin memanas, Arifin memberi bantuan konsumsi kepada para demonstran yang melakukan aksi di Gedung DPR. Ribuan kotak makanan dikirim. Tak heran jika kemudian muncul opini bahwa Arifin adalah tokoh di belakang aksi atau cukong para mahasiswa.
Tentang hal itu, dalam sebuah wawancara, ia mengatakan bahwa ia ingin mencegah terjadinya kekacauan.
"Saya katakan, salah satu yang membuat keadaan kita makin buruk adalah naiknya harga sembilan bahan pokok, sehingga muncul kerusuhan-kerusuhan. Kepedulian saya adalah jangan sampai hal itu berubah menjadi sentimen anti-Tionghoa, muncul permusuhan muslim-nonmuslim, dan merebak ke seluruh Indonesia. Kalau itu sampai terjadi, akan timbul situasi chaos dan korbannya bisa sampai jutaan. Hal itu menjadikan kita semua harus peduli dan mengambil langkah-langkah sebelumnya," kata Arifin Panigoro, dalam wawancara dengan D&R.