Paulus Julius Yunarto Wijaya alias Mas Toto merupakan nama yang sudah malang melintang di dunia politik Tanah Air.

Mas Toto hadir dengan lakon yang berbeda dari para pelaku politik lainnya, ia bukan tokoh yang terjun langsung di belantara politik Tanah Air, namun ia datang sebagai konsultan politik dengan membawa panji Charta Politika Indonesia, sebuah lembaga konsultan politik terkemuka di Indonesia.

Baca Juga: Kisah Sukses Jusuf Hamka: Dulu Jadi Operator Traktor Setelah Ditolak Ratusan Perusahaan, Kini Rajai Bisnis Jalan Tol

Toto bersama lembaganya sudah berulang kali terlibat dalam peristiwa politik Tanah Air. Mulai dari pemilihan Kepala Daerah hingga Pemilu Presiden. 

Hasil survei politik yang mereka disuguhkan lumayan meyakinkan, hasilnya presisi dengan hasil akhir sebuah gelaran politik. Hal ini yang membuat nama Toto mulai menanjak dan dikenal publik politik Indonesia. 

Dari sini Ia mulai wara wiri di sejumlah stasiun televisi nasional untuk memberi pandangan politik, argumentasinya yang juga berseliweran di berbagai media daring mampu mampu membuka cakrawala pengetahuan publik soal peta politik yang sedang dan akan terjadi.

Toto kini bertransformasi menjadi pakar politik ternama dan disegani di Tanah Air yang membuat pria kelahiran lahir 27 Juni 1981 itu disejajarkan dengan sejumlah pakar politik kawakan seperti bos Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA.

Kendati pakar di bidang politik, namun Toto sebetulnya tak terlalu spesifik menggeluti ilmu politik dalam pendidikan formalnya. 

Ia merupakan jebolan FISIP Universitas Katolik Parahyangan Bandung, Jurusan Hubungan Internasional tahun 2004 dan melanjutkan studinya pada 2007 di Magister Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Di dua kampus berbeda ini, ayah tiga anak itu sukses menorehkan namanya menjadi lulusan terbaik. Ia menuntaskan studi akademiknya dengan predikat Cum Laude. Sebuah prestasi yang cukup bikin bangga.

Tak hanya cerdas akademik, semasa di dunia kampus, Toto juga dikenal sebagai pemuda yang pandai bergaul, dia aktif di berbagai organisasi kemahasiswaan yang membuat dirinya didaapuk sebagai Ketua Delegasi Universitas Parahyangan pada Pertemuan Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional (PNMHI) di Yogyakarta tahun 2001 dan 2002, sebagai Wakil Ketua International Relations Expo (Intrex) pada tahun 2002, lalu menjadi koordinator Bidang Pendidikan dan Advokasi di Unit Studi Ilmu Kemasyarakatan (USIK) Universitas Parahyangan.

Entrepreneur dan Banker

Sebelum benar-benar menceburkan diri dunia politik, Toto sebetulnya sudah menjajal berbagai pekerjaan. Dia bahkan sudah menjadi Entrepreneur saat masih bersatus mahasiswa.

Toto menjadi pengusaha kuliner dengan membuka restoran di kawasan elite Kelapa Gading, Jakarta Utara dan di kawasan Jakarta Timur. Usaha restoran itu terus ia geluti hingga menuntaskan studinyadi Universitas Parahyangan dan UI.

Baca Juga: Prabowo Respons Usulan Dana Zakat untuk Program MBG

Setelah beres kuliah, Toto lalu mencari pekerjaan lain sembari tetap menjalankan bisnis kuliner yang terus berkembang pesat. Singkat cerita ia kemudian bergabung ke Citibank Indonesia sebagai seorang professional Banker pada 2007.

Menjadi professional Banker adalah profesi yang selaras dengan pendidiknya, namun Toto memilih hengkang dari sana setelah beberapa tahun bekerja.

Keputusan cabut dari Citibank Indonesia dengan meninggalakan jabatan menterengnya bukan keputusan tanpa pertimbangan, untung ruginya telah ia takar baik-baik.

Baca Juga: Tak Masalah Proyek Strategis Nasional Warisannya Dievaluasi, Jokowi Yakin Prabowo Bakal Lanjutkan Pembangunan IKN

Toh ia keluar dari sana juga atas ajakan Bima Arya Sugiarto. Ia adalah dosen Toto di Universitas Parahyangan yang mencetus terbentuknya Charta Politika. Dari sini karier Toto mulai menanjak hingga menjadi pucuk pimpinan di lembaga tersebut