Kehadiran Jamu Cap Nyonya Meneer menjadi cikal bakal salah satu industri jamu terbesar di Indonesia. Seiring berjalannya waktu, perusahaan keluarga kian berkembang berkat bantuan anak-anaknya yang mulai besar.
Pada 1940, berkat bantuan putrinya, Nonnie (Ong Djian Nio), yang pindah ke Jakarta, cabang toko Nyonya Meneer resmi dibuka di Jalan Juanda, Pasar Baru, Jakarta. Sejak saat itu pula, produk jamu Nyonya Meneer semakin dikenal luas khasiatnya.
Bukan hanya di dalam negeri, jamu Nyonya Meneer juga berhasil menembus pasar Taiwan pada 2015 silam, setelah sebelumnya hadir di Amerika Serikat, Malaysia, Brunei, Australia, dan Belanda.
Jamu Cap Nyonya Meneer juga menorehkan prestasi lainnya dan berhasil meraih penghargaan tahun 1984 dari Tien Soeharto. Penghargaan tersebut berupa Museum Jamu Nyonya Meneer yang berlokasi di Jalan Raya Kaligawe, Semarang.
Dalam museum tersebut terdapat berbagai bahan racikan jamu dan sejumlah patung perempuan yang tengah berdiri menumbuk racikan jamu. Selain itu terdapat koleksi foto pribadi Nyonya Meneer.
Baca Juga: Berkenalan dengan Irene Ursula, Sosok di Balik Kesuksesan Brand Kosmetik Lokal Somethinc
Selama hidupnya, Nyonya Meneer terus mendedikasikan diri untuk mengembangkan usaha jamu tradisionalnya hingga menjadi salah satu merek ternama di Indonesia. Nyonya Meneer pun menghembuskan nafas terakhir dan meninggal pada 1978.
Sebelum dinyatakan pailit, operasional perusahaan sempat diteruskan oleh lima cucunya sebagai generasi ketiga. Namun karena perbedaan visi, mereka memilih berpisah. Perusahaan akhirnya dikendalikan oleh salah satu cucunya, Charles Saerang, sementara empat lainnya mengambil bagian masing-masing dan keluar dari perusahaan.
Meskipun PT Nyonya Meneer telah dinyatakan pailit pada 2017, Jamu Cap Nyonya Meneer masih tersedia di pasar. Produk-produk jamu Nyonya Meneer, terutama jamu habis bersalin, masih banyak dicari dan dijual oleh berbagai penjual, termasuk di e-commerce.