Nama Meutya Viada Hafid kembali mencuri perhatian publik setelah resmi ditunjuk sebagai Menteri Komunikasi dan Digital di Kabinet Merah Putih periode 2024–2029. Ia dilantik langsung oleh Presiden Prabowo Subianto bersama jajaran menteri lainnya.
Pelantikan tersebut sekaligus menandai perubahan nomenklatur kementerian, dari sebelumnya Kementerian Komunikasi dan Informatika menjadi Kementerian Komunikasi dan Digital, sejalan dengan fokus pemerintah menghadapi era transformasi digital.
Jauh sebelum dipercaya mengemban jabatan menteri, Meutya lebih dulu dikenal sebagai jurnalis. Ia sempat berkarier sebagai reporter sekaligus pembawa acara berita televisi, sebelum akhirnya terjun ke dunia politik melalui Partai Golkar.
Berikut ini Olenka rangkum dari pelbagai sumber, Minggu (24/8/2025), untuk mengenal lebih lanjut sosok dan perjalanan karier Meutya Hafid.
Baca Juga: Menteri Meutya Hafid Kembali Bersih-Bersih Kemkomdigi
Profil Singkat dan Latar Pendidikan
Perempuan kelahiran Bandung, 3 Mei 1978 ini menempuh pendidikan dengan rekam jejak yang gemilang. Setelah lulus dari SMAN 8 Jakarta, Meutya melanjutkan studi ke Crescent Girls’ School di Singapura.
Kemudian, ia meneruskan kuliah di University of New South Wales, Sydney, dengan mengambil jurusan Teknik Manufaktur dan berhasil meraih gelar sarjana pada 2001. Tak berhenti di situ, Meutya juga menambah wawasan akademiknya dengan melanjutkan pendidikan magister di Universitas Indonesia. Ia memilih program studi Ilmu Politik dan resmi menyelesaikannya pada 2018.
Karier di Bidang Jurnalistik
Sepulang dari studinya di University of New South Wales, Meutya Hafid memulai karier jurnalistik di Metro TV pada awal 2000-an. Sebagai reporter muda, ia banyak mendapat pengalaman penting, termasuk meliput tragedi tsunami Aceh.
Namun, puncak pengalamannya terjadi pada 2005 saat ditugaskan ke Irak untuk meliput pemilu bersama juru kamera Budiyanto. Dalam perjalanan tersebut, keduanya sempat diculik dan disandera kelompok milisi Mujahidin selama tujuh hari, sebelum akhirnya dibebaskan. Peristiwa itu menjadi pengalaman yang tak terlupakan sekaligus membuat nama Meutya semakin dikenal publik.
Dedikasinya di dunia jurnalistik juga berbuah sejumlah penghargaan bergengsi. Pada 2007, ia meraih Penghargaan Jurnalistik Elizabeth O’Neill dari Pemerintah Australia. Setahun kemudian, ia dianugerahi Alumni Award for Journalism and Media dari Pemerintah Australia.
Sementara pada 2012, Meutya dinobatkan sebagai salah satu Tokoh Pers Inspiratif Indonesia versi Mizan. Ia menjadi satu-satunya perempuan sekaligus yang termuda di antara lima tokoh pers yang terpilih kala itu.
Baca Juga: Mengenal Sosok dan Perjalanan Karier Maman Abdurrahman, Menteri UMKM Kabinet Merah Putih
Karier di Bidang Politik
Langkah awal Meutya Hafid di dunia politik dimulai pada 2009. Saat itu, ia diajak politisi senior Partai Golkar, Burhanudin Napitupulu, untuk bergabung sekaligus maju sebagai calon legislatif dari Dapil I Sumatra Utara, meliputi Kota Medan. Meski berhasil mencuri perhatian, usahanya belum membuahkan kursi di Senayan.
Tak menyerah, Meutya mencoba peruntungannya di Pilkada Binjai 2010 dengan maju sebagai calon wakil wali kota mendampingi H. Dhani Setiawan Isma. Namun, pasangan ini belum berhasil memenangi kontestasi tersebut.
Keberuntungan akhirnya datang di tahun yang sama. Setelah Burhanudin Napitupulu wafat, Meutya dipercaya menggantikannya sebagai anggota DPR RI dari Fraksi Golkar.
Di periode awal, ia ditempatkan di Komisi XI yang membidangi keuangan dan perbankan selama hampir satu setengah tahun, sebelum kemudian dipindahkan ke Komisi I yang mengurusi pertahanan, hubungan luar negeri, serta komunikasi dan informasi hingga akhir masa jabatan 2014.
Pada Pemilu berikutnya, Meutya kembali maju sebagai caleg Partai Golkar dari Sumatra Utara. Kali ini hasilnya berbeda. Ia terpilih menjadi anggota DPR RI untuk periode 2014–2019, kemudian kembali memperoleh mandat rakyat untuk periode 2019–2024, menandai konsistensinya dalam panggung politik nasional.
Baca Juga: Mengenal Sosok dan Perjalanan Karier Amalia Adininggar Widyasanti, Kepala BPS Perempuan Kedua RI
Karier politik Meutya Hafid akhirnya membawanya hingga kursi menteri. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, lembaga yang membidangi Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) ini dipimpin oleh seorang perempuan. Kehadirannya pun dinilai membawa angin segar sekaligus harapan baru bagi arah Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).
Di tengah arus digitalisasi, Komdigi diproyeksikan menjadi motor penggerak transformasi digital nasional menuju visi Indonesia Emas 2045. Usai dilantik, Meutya menegaskan tiga fokus utama yang akan segera dijalankan. Di antaranya pemberantasan judi online, penguatan keamanan siber, serta memastikan internet tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri, tetapi juga aman dan ramah bagi anak.