Pendirian Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) pada tahun 1972 tidak terlepas dari peran salah satu pendirinya, yakni pengusaha Abdul Latief, yang juga menjabat sebagai Ketua HIPMI periode 1972-1973. Pria kelahiran Aceh, 27 April 1940 ini, merantau ke Jakarta dibawa ibunya (Sitti Rahmah) sejak tahun 1950. Sementara itu, ayahnya yang juga seorang pengusaha bernama Mohammad Latief Marah Datuk telah meninggal dunia saat Latief berusia empat tahun.
Masa Sekolah
Abdul Latief tercatat sebagai lulusan Akademi Pimpinan Perusahaan (APP) Jakarta (1963) dan Sarjana Ekonomi dari Universitas Krisnadwipayana, Jakarta (1965). Di masa-masa itu, saat usianya menginjak 20 tahunan, Latief telah berdagang telur dan bawang. Sejak kecil, sang ibu memang melatih Latief untuk menjadi pebisnis.
Baca Juga: Sosok Ciputra dalam Pandangan Dato Sri Tahir
Selepas lulus APP, gurunya menyarankan Abul Latief bekerja di Pasaraya Sarinah Jaya. Latief pun mendengar saran gurunya untuk bekerja di perusahaan pasar swalayan milik pemerintah tersebut. Lewat pekerjaan tersebut, Latief mendapat kesempatan untuk mempelajari manajemen toko serba ada Seibu Group di Tokyo, Jepang. Sepulangnya dari Jepang, dia menikahi Nursiah, gadis tetangganya di Jakarta pada tahun 1967.
Bangun Bisnis
Sepulang dari Jepang, Abdul Latief membawa konsep pemasaran yang dipelajarinya tersebut ke dalam konsep pemasaran "Sarinah". Sayangnya, sang atasan tidak berkenan dengan konsep yang ia tawarkan. Meski begitu, dia mendapat promosi dan diangkat menjadi Pimpinan Promosi Penjualan dan Pengembangan PT Department Store Indonesia Sarinah. Dari sini, dia mendapat banyak relasi bisnis baik dari pemain dalam negeri maupun luar negeri.
Setelah tak bekerja di Pasaraya Sarinah Jaya, Abdul Latief memberanikan diri untuk menjadi pengusaha dengan mengembangkan toserbanya sendiri. Dia membeli sebuah toko kecil di Grogol, Jakarta dan berhasil meresmikan perusahaan sendiri pada tahun 1972 dengan nama PT Latif Marda Corporation. Di awal merintis bisnis, dia dibantu oleh sang adik Abdul Muthalib.
Pada tahun 1974, Latief berhasil mendirikan PT Indonesia Product Centre Sarinah Jaya yang mengelola swalayan untuk memasarkan produk-produk industri kecil. Setahun kemudian, ia membuka cabang di Singapura. Terus berkembang, pada tahun 1981, Latief memodernisasi swalayannya dengan membangun Pasaraya Departement Store.
Lalu di tahun 2001, ia merambah bisnis media dengan mendirikan jaringan televisi Lativi. Di bawah bendera ALatief Corporation, bisnis yang dibangun Abdul Latief kini mencakup bisnis periklanan, agrobisnis, hotel, asuransi, properti, konstruksi, eceran, hingga media massa. Karena ketangkasannya sebagai pebisnis, dia diberi amanah oleh Presiden Soeharto sebagai Menteri Menteri Tenaga Kerja Indonesia (1993-1998) serta Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya (1998).