Tentang Institut Ibu Profesional (IIP)
Dikutip dari Koran Jakarta, gagasan pendirian Institut Ibu Profesional (IIP) yang dirintis Septi Peni Wulandani mulai tumbuh sejak 2008 sebagai gerakan perempuan yang bersungguh-sungguh menjalankan peran sebagai ibu, istri, dan pribadi yang berdaya, baik di ranah domestik maupun publik.
Awalnya, kegiatan IIP berlangsung secara luring dari lingkup tetangga dan ibu-ibu di sekitar Salatiga, sebelum akhirnya bertransformasi menjadi komunitas daring pada 2012.
Dari berbagi pengalaman melalui tulisan dan promosi dari mulut ke mulut, IP berkembang pesat hingga kini berjejaring di lebih dari 50 kota di Indonesia serta merambah ke berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Korea Selatan, Swedia, dan Amerika Serikat, dengan jumlah anggota mencapai puluhan ribu orang.
Untuk menjaga kesinambungan dan kualitas pembelajaran, IIP menerapkan sistem koordinasi wilayah, jenjang rekrutmen, serta kurikulum berjenjang mulai dari Matrikulasi, Bunda Sayang, Bunda Cekatan, Bunda Produktif, hingga Bunda Sholihah, dengan prinsip “dari dan untuk anggota” sehingga lulusan matrikulasi akan menjadi fasilitator bagi yang lain.
Melalui komunitas ini, Septi menanamkan profesionalisme dalam aktivitas rumah tangga, menekankan bahwa keberhasilan ibu tidak hanya diukur dari pemahaman teori, tetapi dari praktik nyata yang konsisten dalam kehidupan sehari-hari.
Di IIP ini, para ibu-ibu ‘kuliah’ tentang pengasuhan, gizi keluarga, komunikasi rumah tangga, kewirausahaan, hingga pengembangan diri tanpa dipungut biaya.
Penghargaan
Septi Peni Wulandani telah menorehkan rangkaian prestasi bergengsi sejak awal kiprahnya di bidang pendidikan dan pemberdayaan masyarakat. Pada 2004, ia dianugerahi Ibu Teladan versi Majalah UMMI, sebagaimana dikutip dari Republika, atas dedikasinya dalam membangun pendidikan berbasis keluarga.
Dua tahun kemudian, pada 2006, Septi menerima Danamon Award kategori individu pemberdaya masyarakat, sekaligus terpilih sebagai salah satu dari 10 Pemuda yang Mengubah Indonesia versi Majalah Tempo. Pada tahun yang sama, ia juga dinobatkan sebagai Inovator Sosial pilihan Pascasarjana FISIP Universitas Indonesia.
Memasuki 2007, reputasinya menembus level internasional setelah meraih Women Entrepreneur Award dari Ashoka Foundation USA atas kontribusinya dalam kewirausahaan sosial.
Selanjutnya pada 2008, ia mendapat pengakuan sebagai Tokoh Pendidikan Kesetaraan dari ASAHPENA serta dinobatkan sebagai Ikon IPTEK 2008 versi Majalah Gatra.
Pada periode 2008–2009, Septi dianugerahi Inspiring Women Award sebagai figur perempuan inspiratif. Masih pada 2009, ia kembali memperoleh apresiasi melalui Kartini Award versi Majalah Kartini atas konsistensinya dalam pemberdayaan perempuan dan masyarakat.
Sebagai inovator pendidikan, Septi juga tercatat sebagai pemegang hak merek dan hak paten atas berbagai metode pembelajaran, di antaranya Jarimatika, Abacabaca, JariQur’an, Nirmana, dan Fun Math, yang kini digunakan secara luas dalam dunia pendidikan anak.
Pada 2013, ia menerima Kartini Next Generation Award dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kemenkominfo RI) atas kontribusinya dalam pendidikan berbasis komunitas dan teknologi. Pengakuan internasional kembali ia raih pada 2018 melalui Facebook Community Leadership Award berkat kepemimpinannya dalam membangun komunitas Ibu Profesional.
Puncaknya, pada 2022, Septi Peni Wulandani terpilih sebagai Ikon Prestasi Pancasila Kategori Kewirausahaan Sosial, yang menegaskan perannya sebagai tokoh perubahan di bidang sosial, pendidikan, dan kewirausahaan.
Karya Buku
Dikutip Republika, kiprahnya sebagai penulis dimulai sejak awal pengembangan metode Jarimatika. Pada 2003, ia menerbitkan buku Jarimatika Perkalian Pembagian melalui Kawan Pustaka sebagai langkah awal memperluas pemahaman matematika dasar secara praktis.
Setahun kemudian, pada 2004, ia melanjutkannya dengan buku Jarimatika Penambahan Pengurangan yang juga diterbitkan oleh Kawan Pustaka.
Setelah beberapa waktu fokus pada penguatan komunitas, Septi kembali berkarya dengan menerbitkan buku Abaca-baca pada 2008 melalui penerbit yang sama. Pada 2010, ia meluncurkan Jari Qur’an Tingkat Dasar (Kawan Pustaka) sebagai pengembangan metode pembelajaran Al-Qur’an yang inovatif.
Karya tersebut kemudian disempurnakan menjadi Jari Qur’an Versi Lengkap yang diterbitkan oleh Indiva pada 2014. Selain karya cetak, Septi juga menulis buku digital How to Be a Professional Mother sebagai bagian dari upaya pemberdayaan perempuan dan penguatan peran ibu dalam keluarga dan masyarakat.