Perjalanan di Dunia Skenario dan Televisi
Dilansir dari profil LinkedIn pribadinya, Ratih memulai karier sebagai Koordinator Editor Naskah di Trans TV selama 7 tahun, dari tahun 2008 hingga 2015. Pada tahun 2016, Ratih bekerja di sebuah rumah produksi film ternama Indonesia, yaitu Limelight Pictures, sampai tahun 2019.
Lalu ia melanjutkan perjalanan kariernya di BASE Entertainment Indonesia sebagai Head Writer dari tahun 2019 hingga 2024. Setelah itu, ia fokus mengembangkan karier solonya sebagai penulis dan Tim Promosi Sastra Indonesia di Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.
Ratih pun diketahui pernah menulis skenario untuk televisi, film layar lebar, dan platform digital. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah mengadaptasi Gadis Kretek menjadi serial Netflix pada 2023.
Pengalaman menulis naskah televisi dan film layar lebar diakuinya memperkaya kemampuan profesional Ratih.
Dikutip dari Kompas.id, ia menjelaskan perbedaan mendasar antara menulis novel dan naskah film.
Yang mana menurutnya, novel bebas mengeksplorasi karakter, alur, dan ide kreatif, sementara menulis skenario membutuhkan pertimbangan banyak pihak, termasuk produser, sutradara, pemain, dan budget. Pengetahuan ini membuat tulisannya lebih realistis dan mudah dipahami pembaca.
Karya-karya Sastra
Masih dikutip dari profil LinkedIn pribadinya, karya-karya Ratih Kumala mencerminkan perjalanan kreatifnya yang konsisten dan beragam. Debut novelnya, Tabula Rasa (2004), meraih Pemenang Ketiga Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta 2003, menandai awal kariernya yang gemilang.
Ia kemudian menghadirkan Genesis (2005) dan Larutan Senja (kumpulan cerpen, 2006), yang menunjukkan kepiawaiannya menulis baik novel maupun cerpen.
Karya-karya berikutnya, seperti Kronik Betawi (2009) dan Gadis Kretek (2012) yang masuk Shortlist Khatulistiwa Literary Award, mengangkat tema budaya dan sejarah Indonesia dengan detail yang memikat pembaca.
Novel Bastian dan Jamur Ajaib (2015) pun masuk Longlist Khatulistiwa Literary Award, diikuti oleh Wesel Pos (2018), memperlihatkan konsistensi Ratih dalam menghadirkan cerita yang kaya imajinasi.
Menjelang dekade berikutnya, ia berani menjajal genre baru dengan Saga dari Samudra (novel aksi, 2023) dan Koloni (novel fabel, 2025), membuktikan bahwa Ratih Kumala adalah penulis yang selalu mampu mengeksplorasi ide dan menyuguhkan kisah-kisah segar bagi pembaca dari berbagai kalangan.
Inspirasi di Balik 'Gadis Kretek'
Dikutip dari Kumparan Woman, inspirasi novel Gadis Kretek lahir dari akar keluarga Ratih sendiri. Kakeknya seorang pengusaha kretek di Jawa Tengah, dan masa kecil Ratih dipenuhi cerita tentang rumah yang dipenuhi pelinting rokok dan aroma tembakau kering khas.
Setelah melalui perjalanan menulis beberapa karya sebelumnya, Ratih berhasil menuangkan pengalaman dan cerita keluarga tersebut menjadi kisah yang kaya akan detail dan nuansa budaya kretek Jawa.
Selain itu, saat ditanya tentang karakter Dasiyah, sosok perempuan dalam novel Gadis Kretek, Ratih menjelaskan bahwa Dasiyah adalah perempuan yang memiliki ketekunan dan keteguhan hati dalam mengejar cita-cita, meski harus mendobrak tradisi.
Karakter ini lahir dari gabungan inspirasi berbagai perempuan yang dikenal Ratih. Ia menekankan bahwa saat menciptakan karakter, ia tidak membayangkan penampilan Dasiyah disamakan dengan artis tertentu, melainkan membiarkan karakter itu berkembang sendiri berdasarkan pengamatan dan pengalaman sekitarnya.
Nama-nama seperti Yah, Jeng Yah, Dasiyah, dan Rukayah terinspirasi dari keluarga besar ibunya, yang semua anak perempuannya memiliki akhiran ‘Yah’. Meski tidak ada Dasiyah atau Rukayah di dunia nyata, Ratih mengadaptasinya sebagai bentuk penghormatan.
Ia menambahkan, ketertarikannya pada karakter perempuan kuat yang lebih maju dari zamannya muncul secara alami, karena menurutnya setiap zaman selalu membutuhkan sosok perempuan seperti itu, perempuan yang mampu menginspirasi dan menjadi teladan melalui keteguhan dan keberanian berpikir.
Baca Juga: Lebih Dekat dengan Dee Lestari: Musisi yang Menjelma Jadi Penulis Bestseller Indonesia