Lahir dan besar di tengah keluarga konglomerat Putera Sampurna sebetulnya bisa saja memilih hidup santai dan berleha-leha menikmati harta warisan keluarga, namun Pria Kelahiran 13 Oktober 1947 itu memilih jalannya sendiri. Ia seperti tak menggubris privilege sebagai cucu dari Liem Seeng Tee, Pendiri PT HM Sampoerna yang sekarang ini terkenal sebagai salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia itu.

Terlahir di tengah keluarga konglomerat, Putera Sampoerna memilih hidup mandiri, ia rajin dalam mengejar berbagai hal termasuk pendidikan dan karier. Hal ini yang kelak mengantarkan dirinya sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes 2021, dimana total kekayaannya mencapai US$1,8 miliar.

Fokus Mengejar Pendidikan

Putera Sampoerna bukan tipikal orang kaya yang mengesampingkan pendidikan formal. Ia memandang penting pendidikan sebagai salah satu instrumen penting untuk masa depan. 

Anak dari Liem Swie Ling atau Aga Sampoerna itu tercatat pernah menempuh pendidikan formal di berbagai Universitas ternama di dunia.

Dilansir dari berbagai sumber, ia pernah mengenyam pendidikan di Diocesan Boy's School Hong Kong, Carey Baptism Grammar School, Melbourne dan University of Houston.

Ogah Minta Kerjaan ke Keluarga 

Sebagai anak sekaligus cucu di keluarga besar Sampoerna, Putra sebetulnya mudah saja mendapat pekerjaan dengan jabatan mentereng di perusahaan keluarga. Tetapi pada dasarnya ia sudah mandiri sejak dini sehingga hal itu sama sekali tak terlintas di pikirannya.

Baca Juga: Cak Imin Minta Prabowo Bentuk Kementerian Haji dan Umrah

Alih-alih merengek meminta pekerjaan ke ayah atau kakeknya, Putra justru mencari pekerjaan secara mandiri, bahkan pekerjaan yang digelutinya sama sekali tak ada kaitannya dengan perusahaan rokok, Putera Sampoerna bersama Katie sang istri menjalankan bisnis perkebunan kelapa sawit milik pengusaha Malaysia.

Di bisnis perkebunan sawit ini, Putera berhasil menorehkan berbaagai prestasi gemilang, dari sini pula ia menimba banyak ilmu baru yang menjadi modal utamanya menggarap bisnis lainnya di kemudian hari.

Setelah menghabiskan beberapa tahun di bisnis perkebunan sawit, Putera akhirnya ditarik ke PT HM Sampoerna milik keluarganya pada1980-an.

Walau bekerja di perusahaan keluarga, Putera tetap konsisten menunjukan profesionalisme. Kesunguhannya ini yang membuat sang ayah menaruh kepercayaan yang lebih besar lagi kepadanya dengan memberinya jabatan Chief Executive Officer (CEO).

Baca Juga: Gerindra Dorong Prabowo Nyapres Lagi di 2029, Jokowi Langsung Blak-blakan

Di titik ini, Putera benar-benar membuktikan diri, kepercayaan dan amanat sang ayah yang diembankan kepadanya betul-betul ia rawat dan dijaga dengan baik. Berbagai perstasi membangkan mulai tunjukan. Intinya Putra sukses mengangkat performa perusahaan dengan berbagai terobosan dan inovasi.

Salah satunya melakukan inovasi agar produk perusahaan bisa makin laku di pasaran. Inovasi ia lakukan dengan menciptakan produk rokok rendah tar dan nikotin.

Salah satu cara yang ia tempuh untuk mewujudkan keinginan itu ialah dengan merekrut tenaga profesional asing. Dari inovasi inilah brand rokok A Mild dan Dji Sam Soe berkibar.

Berkah dari upayanya itu, HM Sampoerna kian bersinar. Namun keberhasilan itu tak lantas membuatnya berpuas diri.

Sukses Garap Bisnis di Luar HM Sampoerna

Keberhasilan besar di HM Sampoerna tak membuat Putera berdiam diri, ia terus bergerak lincah membangun bisnis-bisnis lainnya, salah satunya adalah perusahaan distribusi bernama PT Panamas. Perusahaan ini ia dirikan bareng Djoko Susanto. 

Putera yang saat itu sudah menjadi salah satu konglomerat di Indonesia mengempit 70 persen saham perusahaan. Sementara Djoko diberi 30 persen saham sisanya. Kerja sama Djoko dan Putera membuahkan hasil gemilang.

Baca Juga: PDI-P: Prabowo Tahu Berterima Kasih

Namun bukan Putra namanya jika harus berhenti, ia benar-benar membuktikan diri sebagai pembisnis ulung, ia kemudian melebarkan sayap ke bisnis supermarket dengan mengembangkan jaringan bisnis minimarket yang di kemudian hari terkenal menjadi cikal bakal lahirnya Alfamart ditengah kesibukannya menggarap Soempurna Bank.

Keputusan Mengejutkan

Namun di tengah keberhasilan itu, Putera mengambil keputusan mengejutkan bagi banyak pihak. Pada 2005, ia menjual 40 persen kepemilikan saham keluarga Sampoerna di PT HM Sampoerna ke Philip Moris International, produsen rokok asal Amerika Serikat yang memiliki keahlian memproduksi rokok putih, seperti Marlboro, Virginia, Slim dan Banson & Hedge.

Padahal saat itu, kinerja HM Sampoerna cukup baik. Pendapatan bersih perusahaan masih bisa tembus Rp15 triliun dengan nilai produksi 41,2 miliar batang pada 2004.

Tak hanya itu, HM Sampoerna juga menjadi penguasa 19,4 persen pangsa pasar rokok di Indonesia. Langkah penjualan itu juga sempat menimbulkan kekhawatiran banyak kalangan terhadap masa depan keluarga Sampoerna.

Maklum, HM Sampoerna saat dijual merupakan sumber utama pendapatan keluarga Sampoerna. Belum jelas apa yang menjadi alasan Putera Sampoerna menjual HM Sampoerna.

Yang pasti setelah mengantongi dana segar US$2 miliar atau Rp18,5 triliun dari hasil penjualan saham itu, Putera dan keluarga Sampoerna kemudian mendirikan Sampoerna Strategic Group. Kelompok usaha inilah yang kemudian menjadi kendaraan investasi baru keluarga Sampoerna.

Melalui bendera kelompok usaha ini, mereka memiliki perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi bernama Ceria, perkebunan sawit yang bernama Sampoerna Agro, perkayuan yang bernama Samko Timber dan keuangan.