Awal Merintis Karier, Cikal Bakal Wearing Klamby
Mengutip dari laman Tempo, cikal bakal Wearing Klamby bermula dari usaha thrifting yang dirintis Nadine saat masih duduk di bangku kuliah. Kala itu, sang ayah terkena PHK tanpa pesangon dan berdampak buruk pada finansial keluarga.
Nadine pun putar otak untuk membantu perekonomian keluarga. Hingga akhirnya, terbesit ide jualan baju preloved layak pakai yang dibelinya dari hasil menyisihkan uang sakunya. Setelah baju itu dibersihkan sebelum dijual, Nadine pun berfoto selfie mengenakan baju tersebut dan mempromosikannya lewat unggahan Facebook dan sejumlah grup di Blackberry Messenger.
Di luar dugaan, baju-baju yang ditawarkan Nadine cocok dengan selera pasar dan hampir selalu sold out. Untungnya pun juga cukup besar. Sampai Nadine bisa membayar sewa kos, memenuhi kebutuhan kuliah dan sehari-hari, hingga cukup untuk membantu kedua adiknya.
Bukan hanya itu, Nadine juga bisa membeli mesin jahit bekas dari hasil keuntungan jual baju preloved. Bermodal mesin jahit bekas yang dibelinya, ia berusaha mewujudkan impiannya bisa memproduksi baju hasil rancangannya.
Tak cuma sebatas keinginan, Nadine benar-benar merekrut tiga karyawan untuk menjahit, membuat pola, hingga finishing. Hingga akhirnya pada 2012, Nadine mulai memberanikan diri untuk menawarkan koleksi rancangannya dan membuka pre-order di Facebook.
Baca Juga: Mengenal Siriz Tentani, Pendiri Si.Se.Sa yang Mengangkat Modest Fashion ke Level Premium
Di tahun yang sama, Nadine pun memberikan label Klamby untuk koleksi rancangan yang mulai dijual. Klamby sendiri dalam bahasa Jawa (Klambi) yang memiliki arti pakaian atau busana.
Merintis Klamby saat masih menjadi mahasiswa bukanlah hal mudah bagi Nadine. Selain fokus pada bisnisnya, ia juga harus menyelesaikan skripsi sebagai salah satu syarat kelulusan pada 2014 silam. Saat itu pula Nadine mengalami masa jatuh bangunnya sebagai pebisnis.