Selama dua bulan fokus mengerjakan skripsi, Nadine harus menjual mobil bekas yang dulu digunakan untuk operasional Klamby. Uang hasil penjualan itu digunakan untuk membayar gaji 10 karyawan saat bisnis berhenti sementara. Setelah lulus, Nadine mulai membangun kembali Klamby dari nol dengan sistem pre-order, yang memberinya waktu produksi 2–4 minggu. Tahun 2015, Klamby beralih ke sistem ready stock, membuat bisnis berkembang lebih cepat.
Pada 2016, Nadine mulai menghadirkan koleksi bermotif dengan teknik printing pabrik. Respon pasar sangat positif. Kemudian 2018, ia meluncurkan koleksi bertema grains atau padi, dan melakukan promosi besar-besaran bersama influencer di Yogyakarta.
Kampanye ini sukses besar, membuat pesanan membludak. Sejak saat itu, Nadine terus merancang koleksi bermotif khas Nusantara. Hingga kini, sudah ada 10 motif daerah yang diangkat Klamby.
Baca Juga: Mengenal Sosok Peggy Hartanto, Desainer Indonesia yang Mendunia
Nama Klamby makin dikenal setelah merilis koleksi bertema Nusa Tenggara pada 2019. Strategi kolaborasi dengan influencer seperti Hamidah Rachmayanti, Dwi Handa, dan muse seperti Citra Kirana juga turut memperkuat brand.
Untuk menjaga eksklusivitas, Klamby yang juga dikenal dengan nama Wearing Klamby rutin merilis koleksi terbatas setiap tahun. Kini, Klamby hadir di berbagai toko offline dan mal besar, dengan penjualan online yang tetap kuat. Omzet rata-rata per bulan bahkan mencapai Rp4 miliar.