Di era sekarang ini nama Hadji Kalla memang tidak sepopuler putranya Jusuf Kalla, namun dari tangan Hadji Kalla kita bisa mengenal konglomerasi Kalla Group, raksasa bisnis dari Indonesia Timur yang sudah bergerak di berbagai lini.
Semua bermula pada 1940-an, titik awal Hadji Kalla mulai merintis usaha keluarganya. Pemuda 15 tahun itu menjadi pedagang kain sutra. Di kampung kelahirannya di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Kalla yang masih belia itu mesti bekerja keras untuk sekadar menyambung hidup keluarganya.
Baca Juga: Tak Cuma Modal Uang, Jusuf Kalla Soroti Kunci Sukses Pengusaha Lewat Sosok Haji Isam
Upayanya tidak sia-sia, dagangannya laku keras di pasaran, itu sebabnya dalam tiga tahun, Kalla sudah bisa membangun kios sendiri, strategi berdagang yang tadinya door to door perlahan beralih menjadi pedagang kelontong.
Di kios sederhananya itu Kalla tak hanya menjual kain sutra, tetapi ia mulai menyiapkan berbagai kebutuhan tekstil lainnya, Kalla menawarkan beragam jenis benang, praktis kiosnya ramai setiap waktu.
Usaha kios kelontong itu berjalan mulus, melesat secepat kilat bahkan di luar perkiraan Kalla. Dalam waktu 12 tahun Kalla sudah mendulang untung besar. Meski begitu ia sama sekali tak berpikir melebarkan bisnis tekstilnya itu. Di Pasar Bajoe, Watampone, Kabupaten Bone, kios Kalla dibiarkan berjalan apa adanya merengkuh keuntungan besar dalam sunyi.
Kalla kemudian membuka usaha baru, sebuah keputusan bisnis yang cerdas. Minimnya transportasi yang menghubungkan Kabupaten Bone dengan Makassar bikin Kalla risau, tetapi ia melihatnya sebagai peluang bisnis. Pada 1950-an Kalla sudah terkenal sebagai juragan angkutan umum, usaha transportasi bernama Cahaya Bone sudah mengalami kemajuan pesat.
Harus diakui Kalla memang pebisnis tulen di tahun yang sama ia mendirikan NV Hadji Kalla Trading Company tanpa menelantarkan bisnis perdanya. Hingga pada 1955 Kalla kembali ke bisnis awal namun dengan skala yang lebih besar, dia mulai melibatkan keluarganya dalam bisnis tekstil.
Mendirikan Kalla Group
Sukses sebagai pebisnis lokal tidak bikin Kalla berpuas diri, pengalaman begadang yang dikombinasikan dengan kecerdasaan berbisnis membuatnya mulai memberanikan diri terjun ke dunia bisnis yang jauh lebih menantang. Pada 1952 ia mendirikan Kalla Group yang menjadi bisnis terbesar pertamanya, sebuah bisnis keluarga berskala nasional.
Baca Juga: Satu Dekade Program EDGE untuk Sertifikasi Bangunan Hijau dari IFC di Indonesia
Di sini Kalla sudah tidak bisa bekerja sendiri , ia kemudian melibatkan anak-anaknya untuk mengurus Kalla Group. Bisnis Kalla Group ini dikelola oleh anak-anak Kalla dari istri pertamanya. Sedangkan anak-anaknya dari istri kedua, mayoritas menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Dari Kalla Group ini, bisnis keluarga ini semakin menggeliat, mereka mulai menjajal bisnis ke penjualan kendaraan. Di masa setelah 1967, Jusuf Kalla sudah ikut berbisnis membantu mbantu ayahnya.
Sejak 1969, Hadji Kalla menjadi penyalur penting kendaraan impor. Mereka juga mendirikan PT Makassar Raya Motor. Selain penjualan kendaraan, perusahaan konstruksi bernama Bumi Karsa juga lalu didirikan.
Hadji Kalla seperti tidak bisa terhentikan, pada Era 1990-an, keluarganya juga mendirikan PT Bumi Sarana Utama yang menjadi agen aspal curah.
Deretan kesuksesan yang telah direngkuh tak membuat langkah Kalla Group terhenti, justru sebaliknya mereka semakin kencang melaju.
Kalla Group kemudian mendirikan PT Baruga Asrinusa Development sebuah perusahaan properti yang fokus membangun perumahan elite. Mereka juga mempunyai PT Kalla Inti Karsa selanjutnya mereka mendirikan PT Bukaka Teknik Utama.
Keluarga tak ingin menjadikan bisnisnya hanya menjadi harimau di Sulawesi Selatan saja. PT Bukaka Teknik Utama sejak awal sudah eksis di Bogor. Dan sejak 1988 keluarga Kalla punya bisnis pelayaran yang bernama Kalla Lines yang salah satu kapalnya bernama KM Athirah. Hingga 2004, Keluarga Kalla sudah memiliki 13 perusahaan besar dan sehat.