1968 Eka kembali ke dunia bisnis dari istirahat panjangnya, ia datang dengan visi misi yang jauh lebih berat dan kesiapan mental yang mumpuni. Eka mereformasi cara berbisnisnya dengan memilih mentang badai yang jauh lebih berbahaya.
Kali ini ia datang sebagai produsen minyak goreng dengan mendirikan CV Bitung Manado Oil Limited yang menjadi cikal bakal minyak goreng legendaris, Bimoli yang kita kenal hingga sekarang.
Menjual minyak goreng kemasan yang diolah dari kelapa membuat bisnis Eka langsung menyedot perhatian pasar. Berlahan tapi pasti, bisnis ini terus memberi keuntungan berlipat ganda yang kembali membawa Eka merengkuh kesuksesan.
13 tahun kemudian Eka tepatnya 1976, Eka kembali mendirikan mendirikan bisnis baru yakni Tjiwi Kimia, perusahaan yang bergerak di bidang bahan kimia. Sama seperti Bimoli, Tjiwi Kimia juga sukses besar yang berhasil mengantar Eka ke puncak yang lebih tinggi lagi.
Baca Juga: Presiden Prabowo Tetap Komit, PPN Tidak Akan Naik
1980-1981, Eka Tjipta membeli sebidang perkebunan kelapa sawit seluas 10 ribu hektare, mesin, serta pabrik berkapasitas 60 ribu ton di Riau. Serta perkebunan dan pabrik teh seluas 1.000 hektare berkapasitas 20 ribu ton.
Pada 1982 Eka Tjipta membeli Bank Internasional Indonesia (BII). Bermula dari dua cabang dengan aset senilai Rp 13 miliar. Setelah 12 tahun dikelola Eka Tjipta , BII menjadi 140 cabang, dengan aset bernilai Rp 9,2 triliun.
Eka Tjipta melebarkan sayap bisnisnya di bidang real estat. Eka Tjipta juga membangun ITC Mangga Dua, dan Apartemen Green View yang berada di Roxy, serta Mal Ambassador di Kuningan.