Pusat data (data center) terkenal dengan konsumsi energi dan memakan daya dalam jumlah besar untuk menjalankan peralatan IT, sistem pendingin, dan infrastruktur pendukung lainnya. Maraknya teknologi yang mengandalkan pengolahan data, seperti kecerdasan buatan (AI) dan pembelajaran mesin (ML), makin mendorong pertumbuhan permintaan energi pada data center.

Seiring dengan tingginya upaya sejumlah perusahaan untuk melakukan transformasi digital melalui teknologi-teknologi tersebut, pertumbuhan industri data center di Indonesia terus mengalami peningkatan. Dengan volume pasar data center yang diperkirakan akan meningkat menjadi 1,41 ribu MW pada tahun 2029 dari 0,65 ribu MW pada tahun 2024, turut mengindikasikan adanya pertumbuhan CAGR sebesar 16,92%. Namun, permasalahan muncul ketika organisasi-organisasi di Indonesia tertinggal dalam praktik keberlanjutan lingkungan mereka.

Baca Juga: Strategi Inovasi Digital Jalur Cepat Ala Multipolar Technology, seperti Apa Modelnya?

Laporan dari Paessler menyoroti bahwa 96% bisnis di Indonesia, termasuk data center yang mereka gunakan, merasa bahwa para pemimpin perusahaan tidak mengetahui cara menerapkan praktik berkelanjutan, terutama di bidang IT. Laporan tersebut juga mengungkapkan bahwa bisnis-bisnis di Indonesia, sama seperti negara-negara ASEAN lainnya, masih menganggap keberlanjutan dan transformasi digital sebagai hal yang terpisah dan bukan strategi yang saling terkait.

Hambatan utama dalam mengadopsi praktik keberlanjutan lingkungan di Indonesia termasuk kurangnya pengetahuan teknis dalam perencanaan dan implementasi (58%); kurangnya kejelasan dari badan pengelola mengenai standar pelaporan (45%); tingginya biaya penerapan di dunia usaha (48%); dan kesulitan dalam menyeimbangkan metrik ESG dengan target pertumbuhan perusahaan (40%). Temuan-temuan ini menyoroti kesenjangan signifikan antara prioritas keberlanjutan dan pelaksanaan praktik berkelanjutan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi di Indonesia.

"Solusi monitoring memainkan peran penting dalam memastikan operasional untuk selalu tersedia dan dapat diandalkan, terutama untuk memastikan bahwa data center tersebut memenuhi kriteria keberlanjutan pada lingkungan. Bisnis dan organisasi perlu mempertimbangkan untuk mengoptimalkan operasional mereka dengan menerapkan solusi monitoring yang mampu memantau visibilitas pada infrastruktur daya di fasilitas data center," ujar Felix Berndt, Director of Sales, APAC, Paessler, dikutip Selasa (25/6/2024).

Dia melanjutkan, "Hal ini memungkinkan dalam pemantauan, penggunaan, permintaan suplai daya sehingga para operator dapat mengidentifikasi area yang dapat dioptimalkan. Lebih lanjut, solusi tersebut memudahkan optimalisasi sumber daya terbarukan, dan integrasi yang mulus. Dengan visibilitas ini, perusahaan mampu membuat keputusan yang tepat dalam mengurangi konsumsi energi tanpa mengorbankan kinerja."

Solusi monitoring Paessler PRTG membantu data center untuk mencapai kinerja terbaik dengan uptime 99.999%- di mana estimasi downtime hanya 5 menit per tahun. PRTG memantau segala hal mulai dari perangkat keras hingga aplikasi, memastikan standar terbaik bagi layanan bisnis penting. Solusi yang ditawarkan juga menghadirkan tampilan lengkap atas sistem data center sehingga memudahkan operator untuk mendeteksi dan mengeliminasi kelebihan cadangan, pengulangan, dan aset data yang memboroskan daya.

Dengan memanfaatkan solusi pemantauan daya dan pemantauan ketersediaan daya yang sesuai, operator data center dapat mengoptimalkan efisiensi energi, mengurangi biaya operasional, dan memastikan keandalan operasional infrastruktur penting mereka. Pendekatan holistik ini memungkinkan data center untuk menjadi lebih berkelanjutan dan kokoh sehingga dapat berkontribusi terhadap lanskap digital yang lebih ramah lingkungan dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, meningkatkan efisiensi energi di data center tidak hanya mengurangi biaya operasional, tetapi juga dapat berkontribusi terhadap kelestarian lingkungan.