Keamanan siber menjadi hal mutlak yang harus dimiliki Indonesia dalam menghadapi ancaman siber yang kian marak terjadi. Namun, banyaknya kasus kejahatan siber bekalangan ini menimbulkan tanda tanya, sudah sekuat apa sistem keamanan siber di Tanah Air?
Pendiri dan Koordinator Forum Keamanan Siber dan Informasi, Gildas Deograt, menilai bahwa masih ada PR besar mengenai kondisi keamanan siber di Tanah Air yang dinilai rentan terhadap ancaman.
Gildas mengatakan, implementasi keamanan siber di Indonesia saat ini masih memberi celah yang memungkinkan pelaku kejahatan siber mengeksploitasi sistem keamanan yang ada. Ia bahkan mengibaratkan kekuatan keamanan siber di Indonesia seperti halnya tali plastik.
Baca Juga: Armand Hartono Ungkap Momen Terbaik untuk Mulai Lakukan Diversifikasi Investasi, Kapan Ya?
"Lebih dari 95% implementasi keamanan siber di Indonesia sudah mengadopsi model rantai besar, tapi kekuatannya masih seperti tali plastik," jelas Gildas dalam sesi Prevent Business Loss from Cyber Attacks di Indonesia Knowledge Forum (IKF) yang diselenggarakan BCA di Jakarta, Selasa, 12 November 2024.
Merespons hal tersebut, Gildas menilai salah satu tantangan terbesar Indonesia dalam menghadapi keamanan siber ialah melakukan revolusi mindset. Bagaimana tidak, ia mencatat setidaknya 80% masalah keamanan siber tak lain adalah manusia. Ia menegaskan bahwa sudah tak semestinya menghadapi ancaman masa kini menggunakan mindset 20-30 tahun lalu karena sudah pasti tidak relevan.
"Mengubah mindset adalah hal yang sangat sulit, tetapi harus dilakukan agar kita bisa mengurangi dampak ancaman yang terus berkembang," ungkapnya lagi.
Terlebih lagi, kini teknologi yang digunakan oleh pelaku kejahatan siber juga semakin canggih. Hal ini sudah sepatutnya menjadi sinyal bahwa Indonesia harus segera melakukan perubahan besar dalam hal kebijakan, kesadaran masyarakat, dan penguatan infrastruktur keamanan siber yang ada.
"Pelaku kejahatan siber memanfaatkan revolusi teknologi dengan sangat efektif, ini menjadikan ancaman terhadap sistem keamanan siber makin sulit ditangkal," ungkap Gildas.
Baginya, strategi keamanan siber dapat lebih optimal jika dilakukan secara terintegrasi dalam satu sistem. Tak akan mungkin, tegas Gildas, sistem keamanan yang terpisah-pisah mampu secara optimal menghadapi ancaman yang ada.
"Tidak mungkin keamanannya bisa cukup tinggi kalau melakukan keamanan masing-masing. Strategi keamanan ini harus terintegrasi," tegasnya lagi.