Menteri Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia Bahlil Lahadalia memiliki masa lalu yang tak biasa. Jauh sebelum menduduki jabatan menteri, ia adalah aktivis kampus yang getol menyuarakan aspirasinya. Perjalanannya itu bahkan menorehkan catatan yang cukup mengejutkan: sebanyak 11 kali ia merasakan dinginnya jeruji besi akibat demonstrasi yang diikuti.

Pengalaman tersebut, menurut Bahlil, bukan sekadar catatan kelam masa muda, melainkan ujian keberanian dan pembelajaran berharga di luar ruang kelas. Ia membandingkan pendidikan formal dengan pengalaman organisasinya, mengungkapkan bagaimana keterampilan kepemimpinan dan komunikasi justru lebih terasah di lapangan. Kisah unik ini memberikan perspektif menarik tentang perjalanan hidup seorang Bahlil Lahadalia sebelum mencapai puncak kariernya.

“Saya pernah menjabat sebagai ketua senat (sekarang BEM) dan sering melakukan demonstrasi,” ujar Bahlil  dalam sebuah video yang dikutip Olenka pada Selasa (5/11/2024). yang mengejutkan, beliau mengaku telah ditahan polisi sebanyak sebelas kali akibat kegiatannya tersebut.

Baca Juga: Pengalaman Bahlil Lahadalia Kuliah di Jayapura: Telat Daftar, Ditempatkan Bersama Hewan

Bahlil, yang pernah menjabat sebagai ketua senat (kini dikenal sebagai BEM), memiliki pengalaman aktif dalam kegiatan demonstrasi. Beliau bahkan mengungkapkan bahwa aktivitasnya tersebut telah membuatnya ditahan oleh polisi sebanyak sebelas kali. Hal ini menunjukkan kiprahnya yang aktif dalam aksi-aksi protes dan keberaniannya dalam memperjuangkan aspirasi mahasiswa.

“Masa kuliah itu baginya hanya 25% teori dari dosen dan buku, sisanya didapat dari pengalaman langsung di lapangan dan organisasi kampus yang menjadi kampus kedua baginya. Organisasi, menurutnya, menjadi tempat untuk belajar kepemimpinan, manajemen, dan kemampuan komunikasi yang tidak bisa didapat di bangku kuliah,” terangnya.

Baca Juga: Bahlil Lahadalia dan Kerasnya Kehidupan Terminal: Diburu Polisi Sampai Putus Sekolah

Bahlil menekankan pentingnya pengalaman di luar kampus, khususnya melalui aktivitas organisasi, sebagai pelengkap pendidikan formal untuk mengembangkan kemampuan kepemimpinan, manajemen, dan komunikasi.

Dengan demikian, Bahlil menegaskan bahwa pendidikan formal di kelas perlu diimbangi dengan pengalaman praktis di luar kampus agar mahasiswa dapat membangun keterampilan hidup yang lebih komprehensif.