Fakta Menarik Dee Lestari

Dikutip dari laman Gramedia, perjalanan kreatif Dee Lestari sarat dengan fakta-fakta menarik yang memperkaya pembacaan atas karya-karyanya. Sebelum dikenal luas sebagai penulis, Dee lebih dulu mengawali karier di dunia musik sebagai penyanyi, sebuah latar yang kelak memengaruhi ritme dan kepekaan emosional dalam tulisannya.

Ia juga menyebut ruang menulisnya sebagai ‘batcave’, ruang personal yang tak selalu menetap dan bisa berpindah-pindah mengikuti kebutuhan kreatifnya. Banyak cerita yang lahir dari pengalaman personal, diolah dengan imajinasi dan refleksi mendalam, sehingga terasa dekat sekaligus kontemplatif.

Menariknya, nama Keenan dalam Perahu Kertas pun terinspirasi dari nama anaknya, menunjukkan bagaimana kehidupan pribadi Dee kerap berkelindan secara halus dengan dunia fiksi yang ia bangun.

Penghargaan

Dikutip dari laman resmi pribadinya, deelestari.com, deretan penghargaan sastra yang diraih Dee Lestari menjadi penanda kuat konsistensi dan kedalaman kualitas karyanya sepanjang lebih dari dua dekade.

Ia berulang kali dinobatkan sebagai Book of The Year IKAPI Awards, masing-masing lewat Aroma Karsa (2018) dan Supernova: Intelegensi Embun Pagi (2016), sekaligus meraih Anugerah Pembaca Indonesia sebagai Penulis Favorit dan Buku Favorit, sebuah pengakuan ganda dari industri dan pembaca.

Kiprahnya juga mendapat legitimasi kritikus melalui pencapaiannya di Khatulistiwa Literary Award, mulai dari Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh hingga Perahu Kertas dan Filosofi Kopi, yang bahkan dinobatkan sebagai Karya Sastra Terbaik 2006 versi Majalah Tempo.

Penghargaan dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa atas Madre serta pengakuan sebagai The Most Influential Person in Publishing di IDEA FEST 2017 semakin menegaskan posisi Dee Lestari bukan hanya sebagai penulis laris, tetapi juga sebagai sosok sentral yang membentuk arah dan dinamika sastra Indonesia kontemporer.

Di dunia musik, Dee juga mencatatkan prestasi lewat nominasi Anugerah Musik Indonesia (AMI Awards), Piala Maya, hingga MTV Indonesia Awards, membuktikan konsistensinya sebagai pencipta lagu yang kuat secara artistik.

Tak berhenti di situ,Dee juga menyabet berbagai penghargaan lintas sektor. Ia diakui sebagai figur perempuan inspiratif melalui berbagai apresiasi prestisius, mulai dari The 10 Iconic Women 2016 dan Marketeers Women Award 2016, hingga masuk dalam daftar Top 99 Most Influential Women versi Globe Asia Magazine selama beberapa tahun berturut-turut.

Pengaruh sosial dan kepemimpinannya juga tercermin ketika Dee dinobatkan sebagai Penulis Perempuan yang Paling Diminati Masyarakat versi Litbang Media Indonesia pada 2009, serta menerima The Most Outstanding Woman (Anugerah Pelangi) dari Kantor Berita Antara dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan.

Sejak awal kariernya, ia telah dilihat sebagai sosok dengan daya pikir kreatif dan keberanian bereksplorasi, terbukti lewat penghargaan seperti A Playful Mind Award dan Fun Fearless Female.

Konsistensi tersebut akhirnya mengantarkan Dee Lestari ke jajaran Most Powerful Women Leaders versi Richtopia, menegaskan perannya sebagai ikon perempuan Indonesia yang berpengaruh, visioner, dan memberi dampak nyata bagi masyarakat luas.

Tips Menulis dari Dee Lestari

Dikutip dari Detik Hot, Dee Lestari juga pernah membagikan sejumlah nasihat penting bagi penulis muda yang ingin menerbitkan novel, berangkat dari pengalamannya sebagai penulis produktif sekaligus juri kompetisi sastra.

Ia menegaskan bahwa kunci utama sebuah novel adalah menyelesaikan cerita hingga tuntas, karena karya baru bisa dinilai jika memiliki akhir yang jelas, seberapa pun menarik ide dan penceritaannya.

Selain itu, kerapian tata bahasa dan tanda baca menjadi kesan pertama yang menentukan, sementara teknik penceritaan memegang bobot terbesar untuk mengikat pembaca, editor, maupun juri agar bersimpati pada karakter.

Kemudian, Dee juga menekankan pentingnya disiplin ide dan disiplin karya, yakni percaya pada gagasan sekaligus menghormati waktu menulis lewat ritual yang konsisten.

Sementara itu, dikutip dari Liputan6com, dikatakan Dee, bobot terberat saat menulis adalah pada teknik penceritaan, terutama bagaimana penulis memperkenalkan karakter secara hidup dan memikat agar pembaca bersimpati. Dan bagi Dee, perpaduan antara cerita yang selesai, bahasa yang rapi, dan teknik bercerita yang kuat adalah fondasi utama novel yang mampu bertahan dan berkesan.

Baca Juga: Mengenang Marga T, Ikon Sastra Populer Indonesia yang Abadi Lewat Karmila dan Badai Pasti Berlalu