Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan otomatisasi yang kian merambah berbagai sektor kehidupan, aktris sekaligus Founder Yayasan Dian Sastrowardoyo, Dian Sastrowardoyo, menegaskan bahwa perempuan justru memiliki kekuatan khas yang tak dapat digantikan oleh mesin maupun kecerdasan buatan (AI).
Menurut perempuan bernama lengkap Diandra Paramita Sastrowardoyo ini, keterampilan terpenting perempuan di era ini bukan sekadar kemampuan teknis, melainkan kualitas kepemimpinan berbasis empati, kepekaan, dan kemanusiaan.
Dian menilai, konsep women leadership memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari pola kepemimpinan konvensional yang selama ini didominasi oleh laki-laki.
“Women leadership itu biasanya banyak sekali elemen kekeluargaan dan keibuan karena mereka memiliki kepekaan yang berbeda daripada bos-bos leadership laki-laki,” tutur Dian, saat menjadi pembicara di acara Demo Day Perempuan Inovasi 2025 “Menjadi Changemaker di Era AI: Kekuatan Perempuan dalam Transformasi Profesi” yang diselenggarakan di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (10/12/2025).

Lebih lanjut, perempuan kelahiran Jakarta, 16 Maret 1982 ini menjelaskan bahwa kepemimpinan laki-laki sering kali lebih berorientasi pada hasil akhir semata, sementara kepemimpinan perempuan cenderung memberi perhatian lebih besar pada proses dan dinamika tim.
“Kalau bos laki-laki biasanya akan lebih result-oriented, sementara women leadership akan lebih peka terhadap prosesnya dan seluruh anggota tim akan lebih merasa seen and heard, didengar dan dilihat oleh leadership-nya,” ungkapnya.
Menurut Dian, perempuan juga memiliki kecenderungan untuk bersikap lebih egaliter dan inklusif dalam mengambil keputusan. Pemimpin perempuan, kata dia, lebih terbuka untuk mendengar suara siapa pun, termasuk mereka yang selama ini merasa tidak memiliki ruang untuk bersuara.
“Perempuan itu lebih egaliter, lebih mau mendengarkan siapa bahkan orang lain yang tidak merasa punya suara pun akan ditanya pendapatnya,” lanjutnya.
Baca Juga: Perempuan Inovasi 2025 Menjadi Panggung Kekuatan Perempuan di Era Transformasi AI
Kepekaan terhadap detail ini, menurut Dian, terbentuk secara alamiah dari peran perempuan dalam keluarga yang menuntut kepekaan emosional dan perhatian terhadap banyak aspek kehidupan sekaligus. Kualitas inilah, kata Dian, yang justru semakin dibutuhkan di masa otomatisasi.
“Saya rasa dalam masa otomatisasi seperti ini, kualitas-kualitas seperti itu adalah seorang perempuan yang justru lebih perlu dirayakan. Kita lebih peka, kita punya lebih banyak empati, sehingga kita benar-benar membuat diri kita tidak tergantikan. Karena memang AI jenis sekali pun enggak akan bisa menggantikan itu,” tegas Dian.
Lebih jauh, istri dari Maulana Indraguna Sutowo ini juga menyampaikan pesan khusus bagi para perempuan yang akan menghadapi masa depan di era kecerdasan buatan.
Ia pun mengajak perempuan untuk kembali pada jati diri dan otentisitasnya sebagai makhluk yang memiliki kepekaan rasa yang kuat.
“Perempuan itu balik lagi ke otentisifikasi, karena perempuan memang lebih peka, perempuan memang sensitif, perempuan memang lebih perasa karena kita punya kemampuan empati yang jauh lebih canggih dibandingkan kemampuan lainnya. Dan rayakanlah hal itu,” beber aktris yang merupakan cucu dari pahlawan pejuang kemerdekaan, Pro. Mr. Sunario Sastrowardoyo itu.
Dian menilai, justru dengan merayakan kepekaan dan empati tersebut, perempuan akan tetap relevan dan bahkan memiliki peran penting dalam membentuk masa depan teknologi.
“Biar dalam zaman AI pun kita tidak akan tergantikan, dan kalau bisa kita malah mengajarkan AI itu tentang apa itu empati,” pungkasnya.
Baca Juga: Mengenal Sosok Dian Sastrowardoyo, Mulai deri Perjalanan Karier hingga Fakta Menarik Si 'Cinta'!