Nama Gubernur Maluku Utara, Sherly Tjoanda, belakangan menjadi sorotan publik setelah dikaitkan dengan dugaan aktivitas tambang nikel ilegal di Pulau Gebe, Kabupaten Halmahera Tengah.
Perusahaan yang disebut miliknya, PT Karya Wijaya, dilaporkan melakukan penambangan tanpa izin dan dinilai mengancam ekosistem serta mata pencaharian masyarakat setempat.
Atas dugaan kerusakan lingkungan tersebut, Sherly Tjoanda dituntut memberikan ganti rugi senilai Rp1 triliun. Dana itu disebut dibutuhkan untuk upaya pemulihan kawasan yang telah dieksploitasi akibat aktivitas pertambangan.
Terlepas dari dugaan tersebut, berikut ini telah Olenka rangkum dari berbagai sumber, Sabtu (29/07/2025), mengenal lebih lanjut sosok dan perjalanan karier Gubernur Malut Sherly Tjoanda.
Baca Juga: Profil Naysila Mirdad dan Kiprah Kariernya Jadi ‘Ratu Sinteron’ Tahun 2000-an
Profil Sherly Tjoanda
Perempuan kelahiran 8 Agustus 1982 ini merupakan lulusan Universitas Kristen Petra Surabaya jurusan International Business Management. Kemudian, ia melanjutkan studinya untuk mengambil program double degree di Inholland University, Belanda, dan lulus pada 2004.
Satu tahun kemudian, tepatnya pada 28 Mei 2005, Sherly menikah dengan politisi bernama Benny Laos. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai 3 orang anak, yakni Edbert, Edelyn, dan Edrick.
Namun sayang, Sherly dan Benny Laos dipisahkan oleh maut, Sang suami meninggal dunia dalam peristiwa tragis meledaknya kapal Bela 72 yang terjadi di Kabupaten Pulau Taliabu pada 12 Oktober 2024 lalu.
Perjalanan Karier Sherly Tjoanda
Sebelum menjabat sebagai Gubernur Maluku Utara, Sherly adalah mitra setia mendiang suaminya dalam bisnis dan politik. Bersama Benny Laos, Sherly menjalankan bisnis hotel, PT Bela Group, dan menjabat sebagai direktur.
Kiprahnya juga merambah sektor pertambangan di Maluku Utara. Sherly tercatat terlibat dalam PT Amazing Tabara dengan konsesi emas seluas 4.655 hektare di Pulau Obi, Halmahera Selatan, serta PT Indonesia Mas Mulia (IMM) yang mengelola tambang emas di Bacan Barat Utara dengan luas konsesi 4.800 hektare dan sempat disorot karena isu izin HPH.
Di sektor nikel, ia menjabat sebagai komisaris utama PT Karya Wijaya dengan kepemilikan 30% saham di lahan seluas 500 hektare di Pulau Gebe, Halmahera Tengah. Namanya juga dikaitkan dengan PT Bela Sarana Permai yang bergerak di tambang pasir besi, serta PT Bela Kencana di sektor tambang nikel, meski detail konsesinya tidak banyak dipublikasikan.
Baca Juga: Dwina Septiani Wijaya Puji Sosok Retno Marsudi sebagai Inspirasi Kepemimpinan Perempuan
Selain di dunia usaha, Sherly juga aktif berorganisasi. Ia pernah menjabat sebagai Pengurus Perwosi Pusat (2018-2022), Ketua Umum Forikan Kabupaten Pulau Morotai (2018-2022), Bunda PAUD Kabupaten Pulau Morotai (2017-2022), hingga Ketua DPD Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Maluku Utara (2022-2027).
Ia juga memimpin Yayasan Bela Peduli yang fokus memberikan bantuan bagi anak yatim dan masyarakat kurang mampu. Perjalanan politiknya dimulai setelah kepergian suaminya, Benny Laos, yang meninggal dunia akibat kecelakaan perahu cepat pada 12 Oktober 2024.
Pada Pilgub Maluku Utara 2024, Sherly maju sebagai calon gubernur berpasangan dengan Sarbin Sehe. Diusung oleh delapan partai politik, ia berhasil meraih suara terbanyak dan kini resmi menjabat sebagai Gubernur Maluku Utara periode 2025-2030.
Kekayaan Sherly Tjoanda
Berdasarkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang diserahkan pada akhir 2024, Sherly Tjoanda tercatat memiliki total kekayaan mencapai Rp709,7 miliar.
Sebagian besar kekayaan ibu tiga anak ini berasal dari surat berharga senilai Rp245 miliar, serta aset tanah dan bangunan senilai Rp201 miliar yang tersebar di Manado, Ambon, hingga Pulau Morotai.
Baca Juga: Mengenal Sosok Tatjana Saphira, Aktris Multitalenta yang Bersinar di Perfilman Indonesia
Selain itu, ia juga memiliki dana setara kas sebesar Rp146 miliar, simpanan lain senilai Rp24,47 miliar, harta bergerak berupa alat transportasi dan mesin senilai Rp7 miliar, serta harta bergerak lainnya sebesar Rp37,5 miliar.