Di balik pesatnya pertumbuhan ekonomi digital, terdapat kisah-kisah kecil yang sesungguhnya menjadi fondasi besar, yakni keberanian anak muda Indonesia untuk memulai.
Mereka memulai bisnis dari ruang sempit, modal terbatas, dan ketidakpastian yang kerap membuat ragu, namun tetap bertahan berkat keyakinan bahwa setiap langkah kecil dapat membawa perubahan.
Melihat potensi besar itu, Shopee menghadirkan program 'Sukses Berkarya Sebelum 30' sebagai wadah untuk merayakan, mendukung, dan mengangkat perjalanan para pelaku usaha muda di Indonesia.
Dalam satu tahun terakhir, puluhan pengusaha muda telah disorot melalui artikel dan video dokumenter yang ditayangkan di YouTube Shopee Indonesia.
Mereka datang dari berbagai kategori, mulai dari fashion, kecantikan, home & living, kuliner hingga kerajinan, mewakili wajah baru UMKM Indonesia yang kreatif dan tangguh.
Adi Rahardja, Senior Director of Business Development Shopee Indonesia, menegaskan komitmen Shopee untuk terus menjadi ruang bertumbuh bagi generasi muda.
“Tahun ini kami telah melihat banyak anak muda yang semakin menginspirasi, menjadi wajah baru penggerak ekonomi digital. Mereka bukan hanya menciptakan produk berkualitas, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan dan menyalakan harapan bagi banyak orang,” paparnya, dikutip Sabtu (13/12/2025).
Adi menambahkan bahwa penayangan video Sukses Berkarya Sebelum 30 merupakan bentuk penghargaan atas ketekunan para pelaku usaha muda sekaligus ajakan bagi generasi lain untuk berani memulai usaha.
“Kami bangga bisa menjadi rumah bagi perjalanan bisnis mereka dan berharap semakin banyak anak muda yang berani mengambil peluang,” tuturnya.
Cerita di Balik Perjuangan
Memulai bisnis di usia 20-an bukanlah perjalanan yang mudah. Para pengusaha muda ini menghadapi proses panjang penuh eksperimen, kesalahan, bangkit, hingga membangun fondasi bisnis yang kokoh.
Kisah mereka terangkum dalam video singkat berdurasi 2:30 menit, mengangkat perjalanan lima UMKM muda inspiratif di Shopee.
David, pendiri Hairum, memulai brand perawatan rambutnya di usia 22 tahun bersama saudara dan lima temannya. Tanpa investor dan tanpa tim besar, mereka hanya berpegang pada satu keyakinan: produk yang tulus dibuat akan menemukan pasarnya.
“Ada masa-masa ketika kami salah kirim barang, ditipu, bahkan burnout,” kenangn David.
Namun, lanjut David, titik balik terjadi saat pelanggan mulai menemukan Hairum di Shopee dan membagikan pengalaman positif mereka.
“Mereka bukan hanya beli, tapi kasih cerita dan kepercayaan. Itu yang bikin kami bertahan,” ujarnya.
Dari dunia kuliner, hadir kisah Anita Hartati dari Sambal Nagih, yang percaya bahwa sambal bukan sekadar rasa pedas, tetapi juga rasa rumah dan identitas budaya.
Tantangan di industri kuliner yang sangat kompetitif sempat membuatnya ragu. Namun bergabung di Shopee membuka pintu baru, yaitu produknya kini menjadi jembatan membawa cita rasa rumahan ke banyak keluarga di berbagai kota.
“Lewat Shopee, rasa pedas ini sampai ke lebih banyak meja makan,” kata Anita.
Selanjutnya, cinta pada budaya membawa Susanne Melvina mendirikan Intresse, brand yang berfokus pada tenun. Ia sempat khawatir bahwa tenun mulai kehilangan tempat di tengah tren fashion modern.
“Saya takut budaya ini hilang perlahan,” ungkapnya.
Kekhawatiran itu justru menjadi alasan untuk terus bergerak. Bersama Shopee, Intresse menemukan pembeli dari Aceh hingga Papua, sekaligus menjangkau generasi muda lewat Shopee Live.
“Kami ingin tenun tetap hidup, dikenakan, dan dilihat oleh semua generasi,” tukasnya.
Di kategori aksesori, Priyanto Utomo atau Tommy, pendiri Demodas, menghadapi stigma bahwa kacamata lokal tidak berkualitas. Selain itu, kacamata adalah produk yang membutuhkan kecocokan langsung. Namun, kata dia, Shopee memberikan ruang baru baginya untuk mengedukasi pelanggan dan mempresentasikan produknya secara live.
“Lewat Shopee Live, orang bisa tanya langsung, lihat detail, dan itu bikin mereka percaya,” katanya.
Dalam dunia hewan peliharaan, Asep Ruswandi dari Bukipet memulai bisnis pakaian dan perawatan hewan di usia 25 tahun. Ia mengakui bahwa bisnis tersebut sering dianggap sepele.
“Banyak yang bilang bisnis hewan itu kecil. Tapi, saya percaya hewan juga layak dapat kenyamanan,” ujarnya.
Shopee, lanjut dia, mempertemukannya dengan komunitas pecinta hewan, membuka peluang baru dan mempercepat pertumbuhan bisnisnya.
Baca Juga: Satu Dekade Tumbuh Bersama UMKM, Shopee Hadirkan 10 Kelas Spesial Bersama Kementerian UMKM
Kombinasi yang Menggerakkan Generasi Muda
Keberhasilan para penjual muda ini tidak hanya datang dari kualitas produk, tetapi juga kemampuan mereka memanfaatkan teknologi Shopee, mulai dari kampanye besar, Shopee Live, Shopee Video, hingga Shopee Affiliate. Semuanya menjadi alat penting untuk menjangkau pasar yang lebih luas dan memberikan pengalaman belanja yang lebih personal.
Hasilnya terlihat nyata. Hairum mencatat lebih dari 80% penjualan dari Shopee dan menjual puluhan ribu produk.
Demodas berhasil meningkatkan omzet hampir 100% dalam periode 2024–2025. Sementara itu, Bukipet mencatat lonjakan pesanan enam kali lipat saat 12.12 Birthday Sale 2024, dengan 77% penjualan berasal dari Shopee.
Lalu, Sambal Nagih meraih peningkatan pesanan hingga tiga kali lipat pada kampanye Big Ramadan Sale 2025. Sementara Intresse mencatat kenaikan penjualan empat kali lipat melalui Shopee Live selama kampanye yang sama.
Setiap bulan, jutaan pesanan dari UMKM muda pun terhubung melalui Shopee. Di balik angka-angka tersebut, ada dampak nyata: lapangan kerja baru, keluarga yang terbantu, serta mimpi yang akhirnya memiliki ruang untuk tumbuh.
“Melalui Shopee, para pelaku usaha muda dapat terhubung langsung dengan pelanggan, membangun kepercayaan, dan memperluas pasar tanpa batas geografis. Karya mereka kini tidak hanya diterima oleh masyarakat Indonesia, tetapi juga telah menembus pasar internasional,” ungkap Adi Rahardja.
Baca Juga: Shopee Rayakan 10 Tahun dengan Kolaborasi Spesial di 12.12