Perjalanan Dato Sri Tahir dalam membantu orang miskin tak pernah menemui episode terakhir, tokoh filantropis Indonesia sekaligus pemilik Mayapada Group itu senantiasa mengulurkan tangannya untuk mereka yang sedang dihimpit kesusahan. 

Banyak kebaikan yang ia lakukan secara spontan, hatinya mudah tersentuh ketika menyaksikan berbagai ketimpangan sosial apalagi yang sampai menyeret anak-anak .Tahir paling tak bisa menahan diri ketika menyaksikan pemandangan sepereti itu. Ia mesti berbuat sesuatu untuk menyelamatkan mereka.  

Baca Juga: Panggilan Tiada Akhir: Pelajaran Hidup Dato Sri Tahir tentang Uang dan Makna Kehidupan

Di Jakarta, Tahir sudah berkali-kali menyelamatkan anak-anak jalanan yang sedang berjuang melawan kerasnya  hidup di Ibu Kota. Ia pernah menyelamatkan seorang bocah perempuan penjual mawar. 

Gadis Pengasong Mawar Kembali ke Sekolah

Takdir mempertemukan mereka di sebuah perempatan jalan pada suatu malam sewaktu Tahir kembali dari kantornya. Pemandangan jalanan Jakarta dari balik kaca mobilnya seketika membuatnya tertegun. 

Tahir mendapati seorang gadis kecil masih sibuk menawarkan bunga mawar kepada pengendara yang berhenti di lampu merah. Penjual cilik berusia sekitar 9 tahun itu masih tampak bersemangat menjajakan mawar merah di tangannya meski malam telah larut. 

“Dia berada cukup jauh dari mobil saya di seberang jalan. Saat itu sudah cukup larut, sekitar pukul 9 malam. Mengapa gadis kecil seperti itu harus berada di jalan pada saat anak-anak lain aman dan nyaman di rumah mengerjakan pekerjaan rumah atau bahkan meringkuk di tempat tidur mereka. 

“Saya meminta sopir saya untuk memutar ke tempat yang sama untuk menemui gadis kecil itu,” kata Tahir dilansir Olenka.id Rabu (7/5/2025). 

“Saat kami sampai di sana, dia sudah berlari menyeberang jalan untuk mendekati mobil-mobil yang berhenti. Saya semakin penasaran dan meminta sopir saya untuk memutar lagi. Saya memintanya untuk membawa saya ke jalur lambat sehingga saya bisa keluar dan mendekati gadis kecil di pinggir jalan,” tambahnya. 

Singkat cerita Tahir berhasil menemui gadis itu setelah beberapa kali memutar balik mobilnya. Tahir kaget sekaligus  sedih mengetahui alasan di balik perjuangan keras gadis pengasong mawar merah itu. Ia adalah yatim piatu yang sedang  berusaha mencukupi hidupnya dan neneknya sedang sakit-sakitan. 

"(Berjualan) untuk membayar sewa rumah, Tuan. Orang tua saya sudah meninggal. Nenek saya sudah tidak bisa bekerja lagi...." Kata Tahir menirukan pernyataan gadis kecil itu. 

“Mendengar itu, saya jadi sedih. Saya membeli beberapa tangkai bunga mawar, memberinya sejumlah uang, dan berkata kepadanya, "Besok saya akan pergi ke suatu tempat di dekat sini. Tolong datang lagi ya? Sampai jumpa. Tapi, berjanjilah untuk tidak menjual bunga mawar lagi..." ujar Tahir. 

Pertemuan tak terduga malam itu mengubah jalan hidup gadis polos itu, Tahir kemudian mengirim stafnya untuk memberikan bantuan setelah melunasi uang sewa rumah mereka. Pertemuan malam itu adalah akhir cerita perjuangan hidup di jalanan ibu kota, Tahir telah membawa gadis malang itu kembali ke sekolah, semua biayanya ia yang tanggung. 

“Kami mengatur agar kebutuhan sehari-hari mereka terpenuhi dan biaya sekolahnya dapat dibiayai hingga sekolah menengah atas. Dengan begitu, dia dapat menghabiskan masa kecilnya dengan belajar dan bermain, bukannya bekerja untuk mendapatkan uang. Saya tidak pernah melihatnya berjualan bunga mawar lagi,” kata Tahir. 

“Mengetahui bahwa ia baik-baik saja dalam hidupnya adalah kegembiraan dan kebahagiaan yang tak terlukiskan bagi saya,” tambahnya. 

Menyelamatkan Anak-anak Penjual Susu Kedelai

Kisah kemurahan hati Tahir untuk anak-anak jalanan tak berhenti pada gadis penjual mawar. Cerita serupa juga pernah ia lakukan kepada Johan dan Fellany dua bersaudara yang menjadi tulang punggung keluarga di usia yang masih sangat belia. 

Keduanya dipaksa dewasa sebelum waktunya setelah ayah mereka jatuh sakit, Johan dan Fellany membantu ibu mereka menjual susu kedelai di persimpangan jalan, masa anak-anak yang seharusnya dihabiskan untuk bermain diambil paksa oleh keadaan, kedua kakak beradik itu lebih banyak menghabiskan waktu di jalanan untuk mencari uang supaya dapur ibu tetap ngebul. 

Baca Juga: Tahir yang Tetap Berbagi di Tengah Keterpurukan Bisnis

Tahir sangat terkesan dengan kepribadian keduanya setelah mendengar cerita dari direkturnya Hendra Mulyono yang setiap hari membeli susu kedelai yang mereka jajahkan. Dimana keduanya menolak secara halus ketika mereka diberi uang lebih oleh pembeli, Tahir terpikat dengan kejujuran keduanya. 

“Mendengar cerita anak-anak ini, hati saya tersentuh. Karakter mereka menarik bagi saya. Dengan kehidupan yang keras, mereka mampu menjaga harga diri dan kejujuran dalam mencari nafkah,” ujarnya,  

“Hati saya semakin sakit membayangkan anak-anak ini yang seharusnya menghabiskan waktu di sekolah daripada berlarian di jalan untuk mencari uang,” ucapnya.

Tahir tak mau membuang-buang waktu, setelah mendapat informasi lengkap mengenai kedua anak tersebut, ia bergegas mendatangi rumah mereka di sebuah gang sempit di Kawasan Jakarta Barat. Tahir menawarkan bantuan yang awalnya langsung ditolak ibunda Johan dan Fellany. Tetapi Tahir tak menyerah, ia berusaha meyakinkan mereka dan berhasil. 

"Anak-anak kalian masih butuh waktu untuk sekolah. Masih terlalu pagi bagi mereka untuk bekerja di jalan. Kalau kalian berdua mengizinkan, tolong biarkan saya membiayai sekolah mereka. Saya juga akan memberikan apa yang mereka butuhkan untuk pendidikan mereka sampai mereka menyelesaikan sekolah menengah atas. Ada juga sedikit bantuan yang bisa saya berikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kalian," kata Tahir mengulangi pernyataannya ketika itu. 

Baca Juga: Niat Mulia Dato Sri Tahir dalam Misi Kemanusiaan

Tahir benar-benar total memberi bantuan kepada keluarga ini, selain menyekolahkan keduanya,ia juga rutin memberi sejumlah uang sebagai bentuk kompensasi karena Johan dan Fellany tak lagi berjualan.  Dia bahkan meminta Johan dan Fellany untuk  mengunjungi salah satu kantor cabang Bank Mayapada di dekat rumah mereka setiap hari.

“Apa yang harus mereka lakukan di sana? Belajar. Saya menyediakan tempat khusus yang nyaman bagi mereka untuk membaca buku dan belajar,” ujarnya.

Setelah memastikan semuanya sudah berjalan sesuai rencana, Tahir menyerahkan hal ini kepada stafnya untuk mengurusi semua kebutuhan keluarga ini. Singkat cerita kakak beradik ini menuntaskan pendidikan mereka hingga jenjang SMA dan mulai mencari pekerjaan yang lebih layak. 

Mereka memang punya niatan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, namun terkendala ongkos. Mendengar itu Tahir kembali mengulurkan tangannya untuk membantu mereka.

“Saya terkesan dengan kesempatan untuk kuliah dengan akun saya. Mereka mempunyai kebebasan untuk memilih apa yang ingin mereka pelajari dan perguruan tinggi pilihan mereka. Saya meminta mereka untuk melaporkan kepada saya biaya kuliah juga. Mereka sangat gembira mendengarnya,” ucapnya

“Kini keduanya telah lulus. Fellany adalah seorang dokter medis, dan Johan adalah seorang insinyur. Keduanya mempunyai harapan besar untuk menciptakan masa depan yang jauh lebih baik bagi dirinya dan orang tuanya. Fellany berniat bekerja sebagai dokter yang melayani pasien yang membutuhkan. Saya sangat menghargai niat baiknya,” tambahnya memungkasi.