3. Terjebak pada Kegagalan Lama
Semua orang gagal, tetapi tidak semua orang bangkit. Musk mengalami kemunduran besar, seperti roket meledak, Tesla hampir bangkrut, dan berbagai proyeknya diragukan banyak pihak.
Namun, ia tidak pernah menjadikan kegagalan sebagai identitas. Bagi dia, setiap kesalahan adalah batu loncatan, bukan batu nisan.
Refleksi diperlukan, tetapi menyiksa diri sendiri justru menghambat pertumbuhan. Anda tidak bisa melangkah maju jika terus menatap ke belakang.
4. Menangani Terlalu Banyak Hal Sekaligus
Multitasking sering terlihat produktif, tetapi kinerjanya buruk. Meski menjalankan banyak perusahaan, Musk memecah jadwalnya menjadi blok-blok fokus mendalam (deep work).
Dengan memberi perhatian penuh pada satu masalah dalam satu waktu, ia mendapat kecepatan dan kreativitas yang lebih tinggi.
Penelitian pun mengatakan, otak tidak dirancang untuk berpindah tugas terus-menerus. Fokus adalah kekuatan, bukan keterbatasan.
5. Menghindari Ketidaknyamanan dan Tantangan Berat
Kenyamanan terasa aman, tetapi tidak ada pertumbuhan di sana. Hampir semua inovasi Musk, mulai dari roket yang bisa digunakan ulang, mobil listrik massal, proyek kolosal lainnya, berangkat dari wilayah yang tidak nyaman dan penuh risiko.
Ketika Anda melangkah ke dalam ketidaknyamanan, Anda sedang melatih ketahanan. Di situlah kemampuan adaptasi, kreativitas, dan keberanian berkembang.
6. Menghabiskan Waktu Berjam-jam Scrolling HP Tanpa Tujuan
Ironisnya, meski aktif di media sosial, Musk kerap memperingatkan bahaya konsumsi digital yang pasif. Menurutnya, scrolling tanpa arah menguras energi mental, mengaburkan prioritas, dan menumpulkan kreativitas.
Musk bilang, teknologi yang digunakan dengan tujuan dapat mempertajam kemampuan Anda. Sebaliknya, konsumsi tanpa kesadaran justru bisa menghambat hidup Anda.
Baca Juga: 5 Hal yang Tidak Akan Pernah Dimiliki Elon Musk, Meski Jadi Orang Terkaya di Dunia