Ayam goreng masih menjadi salah satu menu andalan masyarakat Indonesia. Bahkan, bisnis ayam goreng bisa bertahan selema bebarapa dekade. Adalah bisnis kuliner Mbok Berek yang kini berkembang menjadi berbagai merek kenamaan rumah makan ayam goreng di Indonesia. Meski berganti nama, kejayaan bisnis Mbok Berek sebagai restoran ayam goreng khas Yogyakarta tetap bertahan hingga saat ini.
Asal-Ususl Nama Mbok Berek
Mbok Berek bukanlah nama asli, melainkan panggilan Nyi Ronodikromo. Beberapa sumber menyebut bahwa Ronodikromo merupakan nama sang suami dan sang istri dipanggil Nyi Kiyem. Sementara itu, mengutip laman resmi Mbok Berek Ny. Umi, nama pasangan suami istri tersebut adalah Nini Ronodikromo (yang kemudian dipanggil Mbok Berek) dan Ronopawito atau yang lebih dikenal dengan nama Djakiman.
Pasangan Ronodikromo memiliki 6 anak. Saat mereka menjajakan jualan mereka, salah satu anak mereka terkenal akan tingkahnya yang sangat rewel, suka menangis dan menjerit-jerit, yang istilah jawanya disebut berek-berek. Berasal dari Desa Candisari Kalasan, ayam goreng Mbok Berek disebut telah memulai bisnisnya sejak tahun 1830-an, sebelum pecah Perang Dunia (PD) I. Konon, mereka juga sempat melayani Pangeran Diponegoro.
Baca Juga: Sempat Gagal dan Gagal Lagi, Begini Kisah Keluarga Hartono Merintis Bisnis Petasan
Saking terkenalnya, beberapa keturunan Mbok Berek memutuskan untuk melanjutkan bisnis ayam goreng kalasan tersebut hingga saat ini. Ayam goreng Mbok Berek telah menjadi legenda kuliner khas Yogyakarta yang kini berekspansi ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk Jakarta.
Anak Usaha Mbok Berek
Pasangan suami-istri Ronodikromo disebut telah berpesan kepada keturunannya untuk melanjutkan bisnis ayam goreng yang mereka rintis. Siapa pun boleh menggunakan resep mereka selama orang itu merupakan bagian dari keluarga. Mbok Berek sebenarnya sempat melarang pihak manapun menggunakan namanya sebagai merek di produk serupa karena banyak pihak yang beberapa kali mencoba memanfaatkan mereknya yang legendaris untuk menarik pelanggan. Meski begitu, Mbok Berek mengizinkan anggota keluarga untuk menggunakan namanya.
Oleh sebab itu, kini keturunan Mbok Berek masih terus membangun bisnis ayam goreng khas keluarganya tersebut dengan ataupun tanpa embel-embel Mbok Berek:
Ayam Goreng Mbok Berek (Generasi Pertama)
Salah satu keturunan Ronodikromo, yaitu Noor Indarti, resmi mendirikan Ayam Goreng Mbok Berek pertama di daerah Kalasan pada tahun 1952. Bisnis ini tercatat sebagai pemilik pertama merek Ayam Goreng Mbok Berek. Sempat sukses hingga disinggahi oleh Presiden Soekarno, bisnis keluarga ini akhirnya bangkrut dan sempat vakum selama beberapa tahun. Di tahun-tahun mendatang, keturunan Mbok Berek yang sempat ikut membantu bisnis keluarga ini dan mengetahui resep khas keluarga Mbok Berek kembali membangun bisnis kuliner dengan berbagai merek.
Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Umi (Generasi Kedua)
Selang beberapa tahun setelahnya, anak dari Noor Indarti, yakni Ratna Djuwita Umiyatsih (Ny. Umi) kembali merintis bisnis ayam goreng keluarganya dengan merek baru, yakni Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Umi. Dia mematenkan merek tersebut di tahun 1972 di bawah perusahaan PT Weling Simbah Wulung.
Mengutip laman resmi Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Umi, Ny. Umi mengaku sebagai cicit Mbok Berek dan memulai usahanya di Pasar Cikini. Dia pindah ke Jakarta karena mengikuti suaminya. Jatuh bangun membangun bisnis pun dialami oleh Ny. Umi. Dengan modal seadanya, rumah makan di kawasan Jl. Pegangsaan Timur dan di Jl. Tanjung Karang sempat tutup karena digusur. Pada 1978, Ny. Umi kembali membuka rumah makan di Jl. Prof. Supomo yang kemudian berkembang pesat.
Ayam Goreng Ny. Suharti (Generasi Ketiga)
Sebagai salah satu keturunan Mbok Berek, Suharti ikut menjalankan bisnis ayam goreng. Awalnya, di tahun 1962, dia masih menggunakan merek Mbok Berek. Seiring berkembangnya bisnis tersebut, dia memilih untuk menggunakan namanya sendiri sebagai merek di tahun 1972 dengan nama Ayam Goreng Ny. Suharti.
Dibangun bersama sang suami, lokasi awal rumah makan Ayam Goreng Ny. Suharti berada di JL. Sucipto No. 208 Yogyakarta. Setelah 13 tahun berdiri, bisnis ini melakukan ekspansi dengan membuka cabang di berbagai kota seperti Jakarta, Bandung, Purworejo, Semarang, bahkan ke Medan. Hingga tahun 1990-an, Ayam Goreng Ny. Suharti sudah berhasil membuka cabang di luar Pulau Jawa, tepatnya di Denpasar. Saat itu, bisnis Ayam Goreng Ny. Suharti memiliki logo bergambar ayam dengan huruf ‘S’ di bagian tengahnya.
Ayam Goreng Suharti
Sukses dengan bisnisnya, Suharti harus merelakan rumah tangganya bersama Sachlan yang berakhir lewat perceraian. Dia juga harus merelakan merek Ayam Goreng Ny. Suharti karena terlanjur diakuisisi dan terdaftar atas nama suaminya.
Tak kehilangan semangat, Suharti kembali membangun rumah makannya pada tahun 1991. Merek Ayam Goreng Suharti berhasil dipatenkan pada tahun 1992 dengan logo baru: foto wajah Suharti dengan menghapus kata ‘Ny’ dari nama restorannya.
Baca Juga: Kiat Sukses David Merintis Brand Shampo Lokal Hairum, Ini Pesannya untuk Pebisnis Muda
Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Astuti (Generasi Keempat)
Sementara itu, Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Astuti dibesarkan oleh generasi keempat dari keluarga besar Mbok Berek. Menurut salah satu putra Ny. Astuti, Puguh, ibunya membangun merek ini sekitar tahun 1970-an di Cipinang.
"Saya dan adik-adik saya akan tetap pakai nama Ny. Astuti supaya brand ini tetap ada dan makin dikenal karena ibu saya membangun brand ini cukup lama dan tetap menjaga kualitas rasa," ungkap Puguh.
Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Subekti (Generasi Kelima)
Keturunan lain Mbok Berek ikut membangun bisnis dengan merek Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Subekti. Ari Wibowo Subekti, generasi ke-5 dari Ny. Subekti, menjelaskan bahwa ayam Mbok Berek terkenal, awalnya, berkat Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
"Kisah Mbok Berek ini bermula dengan buyut saya yang berjualan pakai sepeda dengan dipikul (dagangannya). Saat buyut saya lewat depan Keraton Jogja, kebetulan ada Sri Sultan Hamengku Buwono IX sedang duduk di taman. Karena merasa kasihan, Sultan membeli jualan dalam pikulan tadi dan setelah dicoba, ternyata enak. Karena terkenal oleh Sri Sultan, akhirnya menyebar ke berbagai wilayah lain," terangnya, mengutip Tribun, Jumat (23/5/2025).
Keturunan Mbok Berek tetap mempertahankan cita rasa yang didapat dari leluhurnya. Akan tetapi, mereka terus berinovasi agar tetap memenangkan persaingan. Salah satunya, jelas Ari, adalah kremesan yang dimulai sejak generasi ke-3.
"Mulai dari generasi ke-3, kami mulai mengembangkan outlet. Tadinya Mbok Berek ini ya ayam goreng aja, tapi setelah dikembangkan jadi ada kremes, gudeg, sambel goreng, bahkan menjadi pionir kremes hingga saat ini," tegasnya.