Sejak awal menjabat sebagai Presiden RI ke-8, Prabowo Subianto, sering kali melakukan kunjungan luar negeri ke sejumlah negara. Kunjungan tersebut tak lain untuk membahas persoalan ekonomi hingga geopolitik dalam pertemuan bilateral dan multilateral, serta merupakan wujud peran Indonesia di dunia internasional.

Di samping karena urusan pekerjaan, ada anggapan lain perihal perjalanan ke luar negeri yang kerap dilakukan oleh Presiden Prabowo. Hal tersebut turut diungkap oleh Executive Director Charta Politica, Yunarto Wijaya, dalam sebuah kesempatan.

Sudah membantu Presiden ke-7 Joko Widodo -– bahkan sejak menjabat sebagai Wali Kota Solo — Yunarto sangat memahami ‘kegagapan’ sosok tersebut di awal pemerintahannya, terutama terkait rasa takut untuk bepergian ke luar negeri. Hal itu sangat kontras dengan Presiden Prabowo Subianto, yang langsung aktif melakukan kunjungan ke luar negeri sejak awal masa jabatannya.

Baca Juga: Prabowo Respons Usulan Dana Zakat untuk Program MBG

“Saya membantu Pak Jokowi dari wali kota. Saya tahu sekali Pak Jokowi kegagapan di awal pemerintahan 2014 adalah takut keluar negeri, kira-kira seperti itu. Sementara kita tahu Pak Prabowo dengan latar belakang bangsawan politik, anak begawan ekonomi, bahkan lebih banyak menghabiskan waktunya di luar negeri,” ujar Yunarto Wijaya seperti Olenka kutip, Jumat (17/1/2025).

Di samping itu, Yunarto Wijaya beranggapan, kunjungan luar negeri yang dilakukan oleh Presiden Prabowo sebagai bentuk “pelampiasan”. Di mana, orang nomor satu di Tanah Air ini pernah menghadapi hambatan ketika harus bepergian ke beberapa negara tertentu, seperti ke Amerika Serikat.

“Ditambah tanda kutip, menurut saya ada sebuah pelampiasan, salah satu yang mungkin mengganjal sejarah Pak Prabowo kan adalah sempat sulit untuk keluar negeri. Katakan, ada visa yang tidak diberikan di US dan lain-lain, jadi saya pikir sebuah 'pembalasan' secara psikologis juga,” tutur Yunarto.

Hal itulah yang dianggap Yunarto sebagai momen "pelampiasan" secara psikologis yang sudah ditunggu-tunggunya selama puluhan tahun.Kini, secara terhormat Presiden Prabowo memiliki kesempatan untuk menunjukkan kapabilitasnya di panggung internasional

“Jadi buat saya tidak mengherankan dan kita lima tahun ke depan mungkin akan melihat pola yang seperti ini. Pak Prabowo akan banyak mengambil kegiatan-kegiatan seremonial, kegiatan-kegiatan yang sifatnya besar dan banyak akan keluar negeri,” kata Yunarto.

Sementara Presiden Prabowo melakukan kunjungan luar negeri, momen itu juga dimanfaatkan oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming untuk melanjutkan jejak sang ayah, Joko Widodo, dalam membangun citra politik melalui pendekatan yang dekat dengan masyarakat, seperti kegiatan blusukan.

Meskipun cara ini mungkin dianggap kurang menarik atau tidak cukup prestisius menurut pandangan para pengamat atau intelektual, menurut Yunarto, kegiatan semacam ini memiliki daya tarik elektoral yang kuat. Pendekatan langsung kepada masyarakat seperti blusukan dinilai efektif dalam membangun koneksi emosional dengan pemilih, yang pada akhirnya memberikan dampak positif pada elektabilitas Gibran di kancah politik.

“Seperti bagi-bagi susu. Makanya kalau Bapak Ibu lihat ada salah satu tangan kanannya Mas Gibran, namanya Aminuddin, itu kemudian walaupun tidak punya latar belakang ekonomi, tapi dia menjadi wamen di BUMN, dan yang dipegangnya adalah kesejahteraan sosial dan pangan,” kata Yunarto.

Baca Juga: Prabowo Berjanji Sikat Habis Aparat Korup

Menurut Yunarto, hubungan kerja sama antara Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka saat ini bersifat saling melengkapi berdasarkan kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Presiden Prabowo yang mungkin merasa terkendala dengan kegiatan blusukan yang membutuhkan interaksi langsung dengan masyarakat, bisa mengandalkan Gibran yang sudah memiliki pengalaman dan kemampuan dalam hal tersebut. Sebaliknya, Gibran, yang mungkin belum merasa percaya diri dalam menjalankan tugas diplomasi internasional atau kegiatan luar negeri, dapat belajar atau mendapat dukungan dari Presiden Prabowo yang memiliki pengalaman lebih luas di bidang tersebut.

“Jadi ini bicara mengenai simbiosis mutualisme Pak Prabowo mungkin capek nih gue kalau blusukan, Mas Gibran juga gue belum pede kalau keluar negeri, makanya mereka merasa ini paling tidak saling mengisi, saling menguntungkan diri sendiri dan kemudian saling bisa menutupi,” imbuhnya.