Pengendalian diri bisa terasa seperti kekuatan super langka di tengah dunia yang penuh gangguan, godaan, dan kebisingan. Mulai dari keinginan menggulir layar tanpa henti, menahan ledakan emosi, hingga menjaga fokus pada hal yang penting, pengendalian diri menjadi pembeda antara hari yang produktif dan hari yang kacau.

Sementara berbagai kiat produktivitas modern datang dan pergi, para filsuf Stoik dari masa lalu telah lebih dulu menguasai seni disiplin batin.

Stoisisme sendiri adalah aliran filsafat yang lahir di Yunani Kuno dan berkembang di Roma. Tokohnya seperti Marcus Aurelius, Seneca, dan Epictetus tidak hanya berbicara tentang ketahanan mental dan fokus, mereka juga mempraktikkannya. Inti dari ajaran mereka adalah kebebasan sejati datang dari penguasaan terhadap diri sendiri, bukan terhadap dunia di luar sana.

Dengan melatih beberapa kebiasaan sederhana setiap hari, para Stoik membentuk ketenangan pikiran, kewaspadaan, dan kejernihan dalam menghadapi pasang surut kehidupan. Kebiasaan ini bukan tentang menekan emosi, melainkan menumbuhkan kesadaran, ketenangan, dan kendali yang lebih dalam.

Dan dikutip dari Times of India, Kamis (15/5/2025), berikut lima kebiasaan Stoik abadi yang dapat Anda praktikkan untuk membangun pengendalian diri yang lebih kuat dan hidup dengan arah yang lebih bermakna.

1. Memulai Hari dengan Refleksi

Kaum Stoik percaya bahwa pagi hari menentukan arah hari itu. Marcus Aurelius, misalnya, mengawali harinya dengan merenungkan kemungkinan tantangan yang akan dia hadapi, seperti kemarahan, kekecewaan, atau rasa tidak berterima kasih dari orang lain. Ini bukan sikap pesimis, melainkan bentuk mental rehearsal.

Luangkan waktu lima menit setiap pagi untuk menetapkan niat, mengenali potensi hambatan, dan merancang cara bijak untuk meresponsnya. Persiapan mental ini membantu mencegah reaksi impulsif di tengah kesibukan hari.

2. Melatih Ketidaknyamanan

Stoik kuno sengaja melatih diri untuk menghadapi ketidaknyamanan, seperti berpuasa, mandi air dingin, atau berjalan tanpa alas kaki. Tujuannya bukan menyiksa diri, melainkan melatih mental dan mengurangi ketergantungan pada kenyamanan.

Cobalah hal-hal sederhana, seperti tidak ngemil meski lapar, berjalan kaki daripada naik kendaraan, atau membatasi penggunaan ponsel. Tindakan ini akan membangun ketahanan dan memperkuat kendali atas dorongan sesaat.

Baca Juga: 3 Jurus Self-Care Pemimpin Bisnis ala CEO Sukses Dunia

3. Fokus pada Hal yang Bisa Anda Kendalikan

Salah satu prinsip Stoik terpenting adalah membedakan antara apa yang dapat Anda kendalikan dan yang tidak. Emosi, opini orang lain, atau hasil akhir adalah di luar kuasa kita.

Alih-alih mencemaskan hal-hal eksternal, Stoik mendorong kita untuk menginvestasikan energi hanya pada tindakan, keputusan, dan sikap pribadi. Fokus seperti ini akan menumbuhkan kedamaian batin dan memperkuat disiplin diri.

4. Meninjau Hari Anda dengan Jujur

Di penghujung hari, para Stoik seperti Seneca melakukan refleksi malam, seperti meninjau apa yang dilakukan dengan baik, di mana mereka kehilangan kesabaran, atau menyia-nyiakan waktu.

Luangkan lima menit untuk mengevaluasi hari Anda tanpa menghakimi. Refleksi rutin ini akan membantu mengenali pola, merayakan kemajuan kecil, dan memperbaiki kesalahan secara bertahap langkah demi langkah.

5. Membayangkan Skenario Terburuk dengan Tenang (Premeditatio Malorum)

Dalam praktik premeditatio malorum atau ‘perenungan hal buruk’, Anda membayangkan hal-hal yang bisa saja berjalan salah, bukan untuk menakut-nakuti diri, tetapi sebagai bentuk kesiapan mental.

Dengan membayangkan kemungkinan terburuk dengan tenang, Anda akan mengurangi ketakutan emosional dan meningkatkan rasa siap. Hal ini mengubah kecemasan menjadi kewaspadaan, dan panik menjadi kejernihan.

Nah Growthmates, kebiasaan-kebiasaan Stoik ini mengajarkan bahwa kendali diri bukanlah bawaan lahir, melainkan keterampilan yang bisa dilatih, dan siapa pun bisa mempelajarinya. Dalam dunia yang terus berubah, filosofi kuno ini justru menjadi panduan modern yang relevan untuk hidup dengan lebih tenang, sadar, dan bahagia.

Baca Juga: Meningkatkan Self-Esteem Melalui Penampilan Diri, Seperti Apa?