Menjelang pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-47 di Kuala Lumpur, Malaysia, pemerintah Indonesia menegaskan komitmennya untuk memperkuat konsolidasi kawasan serta menjaga stabilitas politik dan keamanan di Asia Tenggara.

Melalui media briefing di Jakarta, Direktur Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri, Sidharto Reza Suryodipuro menyampaikan bahwa KTT tahun ini menjadi momentum penting bagi ASEAN, tidak hanya karena adanya transisi kepemimpinan dari Malaysia ke Filipina, tetapi juga karena kawasan menghadapi tantangan geopolitik yang semakin kompleks.

“Kehadiran para pemimpin dunia di KTT ini mencerminkan betapa pentingnya ASEAN di tengah dinamika global yang terus berubah,” ujar Harto Wibowo di Jakarta.

Baca Juga: Optimisme Publik Tinggi, Namun Pemahaman Masih Rendah: Tantangan Nyata Ekonomi Kreatif ASEAN

Ia menjelaskan, KTT yang akan berlangsung pada 26–28 Oktober 2025 akan membahas sejumlah isu strategis, termasuk krisis politik di Myanmar, stabilitas Laut Cina Selatan, serta peningkatan kerja sama penanganan kejahatan lintas batas seperti online scam dan perdagangan orang yang marak di kawasan Asia Tenggara.

Momentum Transisi dan Keanggotaan Baru ASEAN

KTT ke-47 akan menandai babak baru bagi ASEAN dengan diserahkannya instrumen aksesi Timor Leste sebagai anggota penuh, yang secara resmi menambah jumlah negara anggota menjadi sebelas. Menurut Harto, langkah ini tidak hanya memperluas cakupan ASEAN secara geografis, tetapi juga memperkuat integrasi politik dan ekonomi kawasan.

“Penerimaan Timor Leste sebagai anggota penuh adalah simbol semangat inklusivitas ASEAN dan tekad kita membangun komunitas yang solid,” katanya.

Dalam pertemuan tingkat tinggi itu, Indonesia juga akan mendorong implementasi Konsensus Lima Poin ASEAN terkait Myanmar. Pemerintah menilai bahwa solusi atas krisis di Myanmar harus mengedepankan dialog nasional yang inklusif dan proses rekonsiliasi berkelanjutan.

“Pemilu bukanlah akhir dari proses. Yang lebih penting adalah membangun ruang dialog yang melibatkan semua pihak,” tegas Harto.

Selain isu politik, kejahatan siber lintas negara juga menjadi perhatian utama dalam pertemuan kali ini. ASEAN disebut tengah merumuskan pernyataan bersama ASEAN–EAS tentang penanganan online scam, setelah meningkatnya kasus penipuan daring lintas negara yang melibatkan warga Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

“Kejahatan siber berdampak langsung pada keamanan masyarakat. ASEAN perlu menjadi pelopor kerja sama regional dalam menanganinya,” jelas Harto Wibowo.

Dalam forum tersebut, para pemimpin ASEAN diharapkan menyepakati langkah konkret untuk memperkuat mekanisme pertukaran informasi antarnegara dan meningkatkan kapasitas lembaga penegak hukum dalam menanggulangi kejahatan digital.

Transisi Kepemimpinan dan Harapan Baru

Menutup KTT, Perdana Menteri Malaysia akan secara resmi menyerahkan tongkat kepemimpinan ASEAN kepada Presiden Filipina, menandai awal babak baru arah kebijakan organisasi tersebut. Filipina diharapkan membawa semangat baru dalam memperkuat implementasi ASEAN Vision 2045 yang menitikberatkan pada transformasi digital, ekonomi hijau, dan keamanan maritim.

“Konsolidasi kawasan tidak hanya tentang ekonomi, tapi juga membangun kepercayaan dan rasa tanggung jawab bersama di tengah dunia yang berubah cepat,” kata Harto.

Ia juga mengapresiasi peran media yang selama ini menjadi mitra strategis pemerintah dalam menyampaikan isu-isu kawasan kepada publik.

“Diplomasi tidak berhenti di ruang perundingan. Komunikasi kepada publik melalui media adalah bagian penting dari upaya menjaga kepercayaan dan pemahaman bersama,” pungkasnya.

Dengan segala dinamika yang mengelilinginya, KTT ASEAN ke-47 diharapkan menjadi momentum penting untuk menegaskan kembali posisi ASEAN sebagai kawasan yang stabil, adaptif, dan berdaya saing  sekaligus meneguhkan peran Indonesia sebagai salah satu motor utama integrasi Asia Tenggara.

KTT ASEAN ke-47 juga akan dihadiri sejumlah pemimpin dunia seperti Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi, Perdana Menteri India Narendra Modi, dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese. Kehadiran para pemimpin global tersebut mencerminkan posisi ASEAN sebagai poros strategis diplomasi dunia di tengah rivalitas kekuatan besar.

“Forum ini menjadi ruang penting bagi negara-negara untuk menegaskan kembali komitmen terhadap perdamaian dan stabilitas di kawasan,” tutur Harto.

Selain membahas politik dan keamanan, KTT juga akan menyinggung upaya memperkuat kerja sama ekonomi pasca-pandemi, ketahanan pangan, serta integrasi ekonomi digital melalui ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) yang dijadwalkan rampung pada 2025.