“Begitu ada nasabah yang kesulitan, nih ada aturan, sorry gak bisa, ini gak bisa, gak mau repot. Nah, coba kita usahakan langsung menolong misalnya, tanya atasan, bagaimana sesama teman bisa gak nolong dia,” paparnya.

Budaya ini, menurut Jahja, bukan hanya diajarkan lewat pelatihan, tapi dicontohkan langsung oleh para pemimpin. Dari atas hingga ke level operasional, nilai mau repot ini terus disuarakan dan dihidupi.

“Jadi kalau dari atas sudah memberi contoh, maka ini akan ke bawah. Meskipun ya saya gak garansi 100%, ya kita ada 137 cabang tuh di Indonesia, ada 1.250 KCP. Tetapi pada dasarnya, intinya tuh mereka paham,” terang Jahja.

Lebih dari sekadar pelayanan, Jahja juga menekankan pentingnya sikap rendah hati dalam berinteraksi dengan nasabah. Ia pun menyebut istilah Jawa, me-wongke, sebagai filosofi dasar dalam melayani.

“Bagaimana kita serve customer, bagaimana kita me-wongke orang, bagaimana kita humble kepada orang-orang untuk mereka bisa memberikan return yang lebih bagus kepada kita. Meskipun bukan itu yang kita harapkan sebenarnya, tetapi it works, Pak,” pungkas Jahja.

Baca Juga: Menikmati Kegagalan Ala Presdir BCA Jahja Setiaatmadja