Presiden Komisaris PT Bank Central Asia Tbk (BCA), Jahja Setiaatmadja, menilai sistem peringkat kinerja (performance ranking) bukanlah cara tepat dalam menilai karyawan. Menurutnya, metode ini justru dapat memicu persaingan tidak sehat dan merusak budaya kolaborasi di dalam organisasi.

“Sering orang melupakan pentingnya kolaborasi dalam satu tim. Kalau semua diarahkan untuk bersaing secara individu, mereka akan membentuk silo-silo,” ujar Jahja.

Baca Juga: Jahja Setiaatmadja Ungkap Pentingnya Kerja Keras Dibarengi dengan Doa

Ia menambahkan, ketika karyawan terlalu fokus pada target pribadi, mereka cenderung mengabaikan kerja sama dan bahkan bisa saling menjatuhkan demi predikat terbaik.

Jahja menegaskan, budaya seperti itu berbahaya bagi organisasi karena menggeser orientasi dari kerja tim menjadi kompetisi individu.

“Akan ada bagian yang hanya fokus pada pekerjaannya sendiri dan enggan menolong rekan satu tim karena merasa harus perform untuk dirinya sendiri,” katanya.

Baca Juga: Jahja Setiaatmadja Lepas 1 Juta Saham BCA, Ini Tujuannya

Sebagai gantinya, BCA menerapkan pendekatan berbeda dengan membentuk tim yang terdiri atas kombinasi tiga tipe karyawan, yakni berprestasi tinggi (top-notch), berkemampuan sedang (medioker), dan pekerja keras (hard worker). Menurut Jahja, perpaduan ini menciptakan tim yang lebih seimbang, saling mendukung, dan berorientasi pada tujuan bersama.

“Kalau satu tim isinya semua orang terbaik, justru bisa berantakan. Masing-masing ingin menonjol sendiri,” jelasnya.

Dengan komposisi yang beragam, lanjut Jahja, setiap anggota dapat saling melengkapi dan menciptakan hasil kerja yang lebih solid.

Baca Juga: Jahja Setiaatmadja Tegaskan Pentingnya Investasi Ilmu

Ia juga mencontohkan salah satu inisiatif BCA yang memberi kesempatan bagi lulusan SMA dari keluarga kurang mampu untuk menempuh pendidikan selama tiga tahun. Setelah lulus, mereka disetarakan dengan karyawan bergelar sarjana (S1) di BCA.

“Ternyata mereka ini hard worker luar biasa. Ketika digabung dengan lulusan universitas terbaik, hasilnya ideal, mereka bisa tumbuh bersama tanpa saling sikut,” ujar Jahja.

Baca Juga: Cerita Jahja Setiaatmadja Soal Tabungan Ratusan Miliar Rupiah Terbengkalai di Rekening Nasabah

Menurutnya, keberhasilan organisasi tidak diukur dari siapa yang paling menonjol, melainkan dari bagaimana setiap individu berkontribusi untuk kemajuan tim.

“Yang penting bukan siapa yang paling hebat, tapi bagaimana semua anggota bisa berkembang bersama,” tutupnya.