Empat desainer muda Indonesia mendapat kesempatan langka untuk menimba ilmu di Arsutoria School, Milan, salah satu sekolah desain sepatu dan tas paling bergengsi di dunia. Keberangkatan ini bukan sekadar program beasiswa, melainkan bagian dari strategi besar mengangkat industri kulit Garut agar mampu bersaing di pasar internasional.
Selama ini, Garut dikenal sebagai sentra kulit berkualitas, namun produk yang dihasilkan kerap stagnan karena minim inovasi desain. Di sinilah peran para desainer muda dibutuhkan. Presiden Indonesia Fashion Week (IFW) sekaligus Ketua Koperasi Artisan Kulit Indonesia, Poppy Dharsono, menyebut keberangkatan mereka sebagai momentum penting untuk memperkuat daya saing.
“Selama ini Garut punya kulit dengan kualitas yang sudah diakui, tapi kurang diolah dalam desain yang berkelas. Dengan belajar langsung ke Milan, para desainer bisa membawa standar internasional untuk kemudian dikembangkan bersama pengrajin lokal,” ujarnya.
Langkah ini juga mendapat dukungan penuh dari pemerintah. Menteri Perdagangan Budi Santoso menekankan bahwa kesempatan belajar di Milan harus dilihat sebagai amanah untuk negeri, bukan semata-mata prestasi pribadi. Para penerima beasiswa diminta berinovasi, membuka jejaring, dan membawa pulang pengetahuan yang bisa menghidupkan kembali ekosistem kulit Garut.
Baca Juga: Mulai Besok Jangan Saltum! Intip 3 Tips OOTD Simpel tapi Kece ala Desainer untuk Setiap Momen
Komitmen serupa datang dari Spinindo/Piazza Firenze Garut. Direktur Utama Anto Sudaryanto menjelaskan, rantai industri kulit Garut selama ini hanya diisi pengrajin dan pelaku usaha. Dengan hadirnya desainer terdidik, ekosistem akan lebih lengkap dan berdaya saing.
“Jika konsisten, lima tahun lagi kita akan melihat industri kulit Garut berkembang lebih maju dan mendapat tempat di pasar global,” ujarnya.
Baca Juga: Berkenalan dengan Desainer Kondang Dian Pelangi, Karyanya Laris Manis hingga Pasar Global
Dari sisi diplomasi, keberangkatan desainer ini juga mempererat hubungan Indonesia–Italia. Duta Besar Italia untuk Indonesia, Roberto Colamine, menyebut pendidikan sebagai jembatan yang bisa mempertemukan kedua negara.
Menurutnya, kolaborasi lintas budaya semacam ini akan melahirkan karya yang tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga memperkuat persahabatan antarbangsa.
Baca Juga: Sosok dan Perjalanan Karier Ria Miranda: Desainer Modest Fesyen Ternama, Brand-nya Mendunia!
Adapun empat desainer muda penerima beasiswa adalah Hadisti Mardhiya (LaSalle College Jakarta), Mujib Titian (Prabu Shoes), Mohammad Jordy Mozza Servia (Indonesia Fashion Week & Piazza Firenze Garut), serta Shafwa Kamilia Zahira Azzahra (Piazza Firenze Garut).
Selama tiga bulan mereka akan menempuh pendidikan intensif mulai dari desain, pemilihan material, pembuatan pola, hingga prototipe sesuai standar internasional.
Dengan berangkatnya mereka ke Milan, harapan pun tumbuh bahwa kulit Garut tak lagi hanya dikenal di dalam negeri, melainkan siap bersaing di pentas global dengan wajah baru, modern, berkelas, namun tetap berakar pada kearifan lokal.