Mengurangi sampah menjadi salah satu isu lingkungan yang paling umum dibicarakan saat ini. Meski banyak upaya dilakukan untuk mengatasi sampah, namun tantangan yang dihadapi cukup kompleks dan memerlukan perhatian bersama dari berbagai pihak.
Menurut laporan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK) yang menyebutkan bahwa total sampah nasional pada 2021 mencapai 68,5 juta ton. Dari jumlah tersebut, sekitar 17%, atau sekitar 11,6 juta ton, adalah sampah plastik yang termasuk di dalamnya wadah kosmetik dan perawatan kulit, serta bubble wrap.
Dalam upaya mendukung keberlanjutan lingkungan, pada kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR), Grant Thornton Indonesia menjalin kerja sama dengan komunitas Demibumi dan Kertabumi.
“Inisiatif CSR tahun ini berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebagai rangkaian dari kegiatan CSR, CSR day 2024 yang berlangsung selama sebulan kami mulai dengan awareness campaign melalui media sosial, dan mendorong partisipasi aktif dari teman-teman Citizen melalui salah satu kegiatan utama kami yaitu pengumpulan produk kecantikan atau skincare bekas wadah,” ujar Mul Halimwidjaya Head of Support Services Grant Thornton Indonesia dalam acara CSR Day Grant Thornton yang berlangsung di Grant Thornton Indonesia, Setiabudi, pada Selasa (29/10/2024).
Baca Juga: Wujudkan CSR Berkelanjutan, PLN EPI Dukung Peningkatan Kapasitas BUMDes Gunungkidul
Dengan dikelola oleh mitra kolaboratif, Grant Thornton Indonesia berinisiatif untuk menginspirasi pola gaya hidup yang lebih bertanggung jawab dan bijak dalam konsumsi. Melalui program ini, Mul menjelaskan, tidak hanya mendorong untuk mendaur ulang, tapi Grant Thornton berupaya memberikan pembelajaran pada kebiasaan bertanggung jawab di dalam lapisan masyarakat, mulai dari kebiasaan kecil di rumah, hingga pada konsumsi yang lebih bijaksana.
Lebih lanjut, Jessica Halim Co-Founder of Demibumi pada diskusi ini mengungkapkan keresahannya dalam menghadapi jumlah sampah yang kian meningkat. Pada dasarnya penggunaan plastik dan kemasan di supermarket yang berlebihan sebenarnya ada pada komunikasi dan solusi. Maka cara menghadirkan solusi tersebut, yaitu dengan sadar diri masing-masing.
Baca Juga: Askrindo Raih Penghargaan TJSL & CSR Awards 2024
“Karena kita gak bisa berharap solusi itu keluar dari yang punya skala besar yang hanya mikirin profit. Jadi menurust saya daripada cuman ngomongin kapan mereka berubah, kapan client saya berubah, dan saya masih melihat rumah saya tempat sampahnya cuman satu. Dengan tempat sampahnya cuman satu dan jika saya kirim ke bank sampah, otomatis gak diterima, karena mereka menguangkan kalau sudah bersih kondisinya, kalau belum bersih mereka gak bisa olah. Sejak tahu pemetaan sampah yang benar, dan akhirnya itu menjadi wadah edukasi dan solusi fokusnya,” ungkap Jessica.
Santi Novianti Co-Founder & PR Director of Kertabumi Recycling Center menambahkan, membuang sampah tidak hanya membuang begitu saja ke tempat sampahnya langsung. Hal inilah yang menjadi keresahan tiap individu.
“Jadi sebenarnya, tantangannya itu mindset dari para masyarakat tentang sampah. Sampah itu mau dari golongan atas, golongan bawah, harus banget care terhadap isu-isu lingkungan. Malah risetnya adalah orang-orang yang berada di lini terbawah itu yang paling berdampak dengan isu-isu lingkungan. Jadi menurut saya semua lini itu harus lebih aware terhadap isu-isu lingkungan,” ucap Santi.
Baca Juga: PT JIEP Sabet Penghargaan Gold di Ajang TJSL & CSR Awards Pilar Lingkungan dan Sosial
Dalam hal ini, tiap sampah memanglah banyak dihasilkan dari diri sendiri. Maka dari itu, sekarang bukanlah saat yang tepat untuk menyalahkan satu sama lain, tapi yang terpenting adalah apa yang bisa dilakukan sebagai seseorang yang peduli terhadap lingkungan terutama pada sampah-sampah ini.