Kalyana Shira Foundation mempersembahkan film Jagad’e Raminten (Raminten Universe) yang menyoroti kehidupan dan warisan sosok Raminten sebagai salah satu ikon Yogyakarta. Dalam durasi 95 menit, dokumenter ini menggambarkan perjalanan Raminten yang tidak hanya dikenal sebagai pengusaha sukses dengan berbagai usaha seperti toko oleh-oleh, restoran, batik, dan pertunjukan cabaret, tetapi juga sebagai ruang aman bagi komunitas yang inklusif.

Penayangan perdana Film Dokumenter Jagad’e Raminten (Raminten Universe) dilaksanakan di Auditorium IFI Yogyakarta dan dihadiri oleh lebih dari 250 undangan termasuk keluarga besar Raminten, komunitas pecinta film, aktivis, dan seniman lokal Yogyakarta maupun nasional. Film ini tidak hanya mengangkat warna-warni dunia Raminten, tetapi juga memotret perjalanan sang pendiri, Kanjeng Mas Tumenggung (KMT) Tanoyo Hamijinindyo atau yang lebih dikenal sebagai Hamzah Sulaiman. Film ini dibesut oleh Nia Dinata sebagai sutradara dan penulis, Dena Rachman sebagai produser dan penulis, serta Melissa Karim sebagai co-produser.

Baca Juga: Sore: Istri dari Masa Depan, Film Terbaru Yandy Laurens yang Tampilkan Chemistry Apik Dion Wiyoko-Sheila Dara

"Gagasan membuat film dokumenter ini sudah ada sejak tahun 2023 ketika Dena masih di London menyelesaikan disertasinya tentang representasi dalam industri film Indonesia. Munculah sosok Raminten dalam benak kami sebagai wujud nyata dari representasi keberagaman dan unconditional love. Melalui film ini, kami bersama seluruh keluarga dan sahabat hendak memberikan penghormatan pada almarhum Hamzah Sulaiman," ujar Nia Dinata selaku Director film Jagad’e Raminten (Raminten Universe), dikutip Kamis (3/7/2025). 

Dalam kesempatan yang sama, Dena Rachman yang juga terlibat dalam proyek ini sebagai produser dan penulis menyampaikan bahwa keterlibatannya merupakan bentuk upaya untuk menyebarkan simbol kasih, kebaikan, dan keberanian dalam mengekspresikan diri di tengah norma-norma yang ada.

"Lebih dari sekadar hiburan, Raminten adalah sosok yang menyediakan rumah bagi banyak kaum marginal terutama bagi chosen family mereka. Sosok Raminten tidak hanya memperjuangkan inklusivitas di atas panggung, tetapi juga dalam kehidupan nyata dengan menciptakan penghidupan yang layak dan berkelanjutan. Kami merasa terdorong untuk mengabadikan warisan ini dalam sebuah karya yang dapat terus menginspirasi," ujar Dena.

Yang membuat film ini semakin istimewa karena Jagad’e Raminten (Raminten Universe) merupakan persembahan terakhir, sebuah kado penuh cinta dari teman-teman dan keluarga besar untuk mendiang Hamzah Sulaiman. Meski Hamzah Sulaiman telah berpulang sebelum film ini sempat dirilis, semua yang terlibat tahu bahwa beliau sangat menantikan hadirnya kisah ini untuk disaksikan oleh masyarakat luas. Film ini adalah cara untuk meneruskan warisan Raminten, menyebarkan cinta, kepedulian, dan semangat inklusivitas, khususnya bagi masyarakat Yogyakarta yang begitu dekat di hati beliau.

"Bagi kami, dokumenter ini bukan sekadar karya film, melainkan sebuah bentuk penghormatan penuh cinta untuk sosok Bapak kami, almarhum Hamzah Sulaiman. Beliau adalah cahaya bagi begitu banyak orang, baik sebagai pemimpin, sahabat, maupun figur ayah bagi keluarga besar Raminten. Kami berharap film ini dapat menyentuh hati masyarakat Indonesia, khususnya warga Jogja, seperti halnya Bapak telah menyentuh hidup banyak orang dengan kasih dan kebaikannya," ujar Ratri, Director of House of Raminten.

Pemutaran kedua dari film dokumenter Jagad’e Raminten (Raminten Universe) akan dilaksanakan di panggung ARTJOG 2025 yang berlokasi di Jogja National Museum pada tanggal 5 Juli 2025.