Chief Economist PermataBank, Josua Pardede, memberikan penilaian positif terhadap kinerja Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa dalam beberapa bulan terakhir.
Menurutnya, berbagai kebijakan yang ditempuh menunjukkan arah yang jelas dalam mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional sekaligus menciptakan iklim usaha yang lebih kondusif.
“Dalam tiga bulan terakhir ini, kinerja Menteri Keuangan Purbaya saya pikir cukup positif, terutama dalam hal bagaimana mengakselerasi spending pemerintah dan mendorong kreativitas belanja,” ujar Josua kepada Olenka.
Salah satu langkah yang diapresiasi adalah penempatan saldo anggaran lebih (SAL) sebesar Rp200 triliun pada bank-bank BUMN atau Himbara.
Kebijakan ini dinilai memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan likuiditas perbankan, sehingga mampu memperkuat penyaluran kredit dan mendukung aktivitas ekonomi secara lebih luas.
“Kami menilai penempatan dana SAL pemerintah di perbankan, khususnya perbankan Himbara, memberikan dampak positif bagi peningkatan likuiditas perbankan,” jelasnya.
Baca Juga: Seberapa Efektif Komunikasi Publik Menteri Purbaya, Apa Saja Efeknya?
Lebih lanjut, Josua juga menyoroti pendekatan Menkeu Purbaya dalam meningkatkan penerimaan negara. Alih-alih menekan wajib pajak secara langsung, pemerintah memilih mendorong pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu sebagai fondasi peningkatan penerimaan perpajakan. Pendekatan ini dinilai lebih sehat dan berkelanjutan bagi dunia usaha.
“Perspektif pemerintah saat ini bukan menarik pajak secara langsung dari wajib pajak, tetapi bagaimana mendorong pertumbuhan ekonomi terlebih dahulu. Dengan demikian, baik wajib pajak korporasi maupun individu akan lebih confident dalam kepatuhan pajaknya, dan pada akhirnya mendorong peningkatan penerimaan pajak ke depan,” kata Josua.
Ia menegaskan, strategi tersebut membuat kebijakan fiskal terasa lebih business friendly dan memberikan ruang bernapas bagi pelaku usaha untuk tumbuh.
“Approach yang digunakan oleh Pak Menteri Purbaya akan memberikan dampak yang positif dan lebih ramah terhadap dunia usaha. Ini membuat outlook ke depan cukup optimistis,” tambahnya.
Optimisme tersebut, menurut Josua, juga tercermin dari berbagai indikator ekonomi terkini. Data frekuensi tinggi dan leading indicators seperti indeks penjualan konsumen dan indeks penjualan ritel menunjukkan tren perbaikan dalam beberapa waktu terakhir.
“Ini bisa menjadi turning point atau arah pembalikan bagi perekonomian kita. Harapannya, konsistensi kebijakan ini bisa terus dijaga agar pertumbuhan ekonomi mendekati target yang telah ditetapkan pemerintah,” tutup Josua.