Udara pagi di Pondok Pesantren Al Ihsan, Anyer, Serang, terasa berbeda pada Sabtu (27/9/2025). Di tengah hamparan lahan yang dulu gundul, derap langkah santri, pengurus pesantren, relawan, dan masyarakat berpadu dalam satu semangat: menanam kehidupan. Sebanyak 150 pohon produktif durian, mangga, jambu, hingga petai ditanam bersama-sama, bukan sekadar sebagai bibit pohon, melainkan juga sebagai bibit harapan.

Program Sedekah Pohon yang digulirkan Dompet Dhuafa melalui Disaster Management Center (DMC) hari itu bukan hanya sebuah gerakan penghijauan. Di balik tajuknya “Menanam Kebaikan, Merawat Kehidupan”, tersimpan cita-cita besar, yakni menjadikan lahan kritis sebagai sumber kehidupan, menguatkan ekonomi, sekaligus menjaga bumi tetap lestari.

Baca Juga: DMC Dompet Dhuafa Gelar Pelatihan Kebencanaan di Sulawesi Tengah

Deputi Direktur I Bidang Sosial, Dakwah, dan Kemanusiaan Dompet Dhuafa, Juperta Panji Utama, menuturkan bahwa bencana selalu punya kaitan dengan kerusakan lingkungan. Terlebih lagi, wilayah Anyer ini berada di lereng yang rawan longsor dan banjir bandang.

"Masyarakat masih ingat, tahun 2000-an pernah ada banjir besar akibat kegundulan hutan. Pohon-pohon yang kita tanam hari ini bukan hanya menghasilkan buah, tapi juga menjadi penahan erosi, penjaga air, dan benteng dari bencana," ungkapnya pada Sabtu (27/09/2025).

Kehadiran program ini juga membawa semangat baru bagi pesantren. Ustaz Suryana Sudrajat, pimpinan Pondok Pesantren Al Ihsan Anyer, menyampaikan bahwa selama ini SMK di pondok pesantren tersebut hanya fokus pada jurusan IT. Setelah ada program ini, ia bertekad mengembangkan jurusan Agro Wisata.

"Hasil panen dari pohon-pohon ini tidak boleh berhenti di buah segar saja. Kami akan olah, jadikan produk, lalu pasarkan ke lokasi-lokasi wisata. Harapan kami, pesantren bisa mandiri secara ekonomi dari buah yang kita rawat bersama," tambahnya.

Namun, Sedekah Pohon bukan hanya berhenti di Anyer. Tahun ini Dompet Dhuafa menargetkan lima titik demplot produktif lain; Bantul di Yogyakarta, Ciamis di Jawa Barat, Lumajang, Malang di Jawa Timur, dan satu titik di Nusa Tenggara Timur. Selain itu, ada pula dua program konservasi yang menyasar kawasan rawan, salah satunya di Pegunungan Kendang bentang alam kars yang kini terancam ekspansi industri semen, padahal selama ini menjadi sumber utama air masyarakat sekitar.

“Menanam kebaikan, merawat kehidupan, bukan sekadar tagline. Di Pegunungan Kendang, konservasi adalah perlawanan untuk menjaga sumber air kehidupan masyarakat,” tegas Panji.

Tak hanya itu, Dompet Dhuafa juga tengah menjajaki penanaman bambu. Meski ilmiahnya rumput, semua orang menyebutnya pohon.

“Di mana ada kebun bambu, di situ biasanya lahir mata air. Bambu adalah penyimpan air yang luar biasa,” tambah Panji.

Kepala Bagian Lingkungan DMC Dompet Dhuafa, Ahmad Baihaqi, menegaskan alasan memilih Anyer. Ia menilai, wilayah ini rentan longsor dan banjir bandang. Menanam pohon produktif di sini bukan hanya soal ekonomi, tapi juga mitigasi bencana. Program ini pun dinilai memilki manfaat ganda, yakni untuk manusia dan juga untuk alam.

Rencana besar itu juga dilengkapi sistem tumpangsari, menanam singkong, ubi, dan kacang-kacangan di sela pohon produktif. Strategi ini bukan hanya mempercepat manfaat ekonomi, tetapi juga memastikan tanah tetap subur dan terawat.

Apa yang terjadi di Anyer hari itu lebih dari sekadar menanam pohon. Ada semangat gotong royong yang membuncah, ada doa yang diselipkan pada setiap bibit yang masuk ke tanah, ada harapan bahwa kelak anak-anak pesantren akan memetik hasil dari pohon yang mereka tanam dengan tangan sendiri.

Sedekah Pohon adalah ikhtiar kecil, tapi penuh makna. Dari satu hektare lahan gundul yang kini hijau, terbit sebuah pesan kuat: alam yang dijaga akan kembali memberi kehidupan. Dan di setiap daun yang tumbuh, tersimpan janji bahwa masyarakat bisa hidup lebih sejahtera, tanpa harus mengorbankan bumi yang menjadi rumah bersama.