Seseorang yang lahir di tahun 1997 hingga 2012 disebut sebagai Generasi Z atau biasa disebut dengan Gen Z. Apa kamu termasuk ke dalam deretan orang-orang Gen Z ini, Growthmates?
Di dunia kerja, Gen Z sering kali menjadi kambing hitam dan dipandang sebelah mata. Gen Z dicap sebagai generasi yang manja, tidak tahan banting, dan terlalu banyak menuntut.
Mengutip dari survei Mojok, ternyata 70% pekerja Gen Z merasa bahwa tuntutan terhadap mereka seringkali tidak realistis. Mereka dituntut untuk loyal, tapi tidak mendapatkan dukungan yang cukup, apalagi penghargaan.
Sementara itu, mereka dihadapkan pada lingkungan kerja yang toxic, di mana atasan lebih sering marah-marah daripada memberikan arahan yang jelas.Pertanyaannya, apa yang sebenarnya salah?
Gen Z: Generasi yang Serba Salah di Dunia Kerja
Di dunia kerja, Gen Z seringkali diharapkan untuk memberikan inovasi dan kreativitas. Tetapi ironisnya, mereka justru terjebak dalam lingkungan yang kaku, penuh senioritas, dan aturan yang membatasi. Akibatnya, bukannya produktif, Gen Z justru merasa terkekang.
Baca Juga: 5 Tips Efektif Agar Lebih Produktif di Tempat Kerja
Menurut data dari LinkedIn, lebih dari 80% pekerja Gen Z terbuka terhadap perubahan dan sangat mahir dalam memanfaatkan teknologi untuk menyelesaikan masalah. Gen Z bukan generasi yang hanya "ikut-ikutan", tapi mereka adalah agen perubahan yang siap membawa ide-ide segar dan solusi inovatif.
Namun, apa jadinya jika potensi besar ini justru terhambat oleh budaya kerja yang kuno dan tidak mendukung?
Gen Z sering kali merasa terisolasi dan tidak diberikan ruang untuk berkembang. Alhasil, banyak dari mereka yang memilih untuk "keluar" atau hanya sekadar "bertahan" tanpa menunjukkan potensi terbaik mereka.
Penelitian menunjukkan bahwa Gen Z adalah generasi yang sangat solutif dan inovatif. Mereka tidak takut mencari jalan pintas untuk menyelesaikan masalah, bahkan dengan cara-cara yang tidak pernah terpikirkan oleh generasi sebelumnya.
Sebuah tweet dari @worksfess bahkan menunjukkan keluhan pekerja Gen Z tentang betapa sulitnya berkembang dalam lingkungan kerja yang tidak mendukung.
Ketika seorang pekerja merasa tidak dihargai atau diabaikan, tentu saja, loyalitas dan produktivitas akan menurun. Ini bukan salah mereka, melainkan kesalahan sistem yang tidak mampu mengakomodasi kebutuhan dan cara kerja generasi ini.
Sebuah tweet dari @worksfess bahkan menunjukkan keluhan pekerja Gen Z tentang betapa sulitnya berkembang dalam lingkungan kerja yang tidak mendukung.
Tetapi, kenapa tidak semua Gen Z mau mengeluarkan potensi itu di dunia kerja?
Jawabannya terletak pada lingkungan kerja yang tidak mendukung. Ketika mereka dihadapkan pada senioritas yang berlebihan dan budaya kerja yang rigid, mereka merasa tidak dihargai.
Akhirnya, banyak dari mereka yang memilih untuk menahan diri atau bahkan meninggalkan pekerjaan mereka.