Nadiem Makarim
Nadiem Anwar Makarim atau yang lebih dikenal sebagai Nadiem Makarim merupakan pengusaha yang mendirikan Go-jek, perusahaan rintisan yang awalnya bergerak di bidang transportasi. Seiring perkembangannya, Go-jek menambah sejumlah fitur tambahan.
Pria kelahiran 4 Juli 1984 ini merupakan anak dari Nono Anwar Makarim, pengacara ternama Indonesia yang berhasil menyelesaikan berbagai kasus hukum di tingkat nasional maupun internasional. Dia menyelesaikan pendidikan sarjananya di Brown University dan melanjutkan kuliah pascasarjana di Harvard Business School dengan gelar Master of Business Administration.
Baca Juga: Daftar Pebisnis Indonesia Lulusan S2 dari Berbagai Universitas, Selalu Utamakan Pendidikan!
Berhasil mendapat gelar MBA, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) ini memilih kembali ke Indonesia dan bekerja di perusahaan McKinsey & Company, firma konsultasi global, selama 3 tahun dari tahun 2006-2009. Setelah itu, ia pindah bekerja ke Zalora Indonesia sebagai managing editor.
Ide mendirikan Go-jek didapat Nadiem saat menggunakan jasa pengantaran ojek selama dia bekerja. Berdasarkan wawancaranya dengan para tukang ojek pangkalan, Nadiem berusaha membangun startup yang berfungsi sebagai layanan call center untuk memanggil tukang ojek. Dengan begitu, tukang ojek tidak lagi hanya bengong, ngobrol, dan ngopi sembari menunggu penumpang. Go-Jek lahir pada 12 Oktober 2010 yang didirikan Nadiem bersama temannya, Kevin Aluwi dan Michaelangelo Moran.
Bob Sadino
Bambang Mustari Sadino atau Bob Sadino merupakan pengusaha asal Indonesia yang berbisnis di bidang pangan dan peternakan. Pemilik dari jaringan usaha Kemfood dan Kemchick ini terkenal akan ciri khas berpakaiannya yang sering mengenakan kemeja lengan pendek dan celana pendek. Lahir pada 9 Maret 1933, Bob Sadino meninggal pada 19 Januari 2015 di usianya yang ke-81 tahun.
Meski terlahir di tengah keluarga yang berkecukupan, Bob Sadino memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya di bangku perkuliahan. Dia memilih melakukan perjalanan dalam memperoleh ilmu.
Di usianya yang ke-19, Bob mewarisi harta orang tuanya dan sempat bekerja sebagai karyawan di Unilever. Di tahun 1955, Bob akhirnya memilih bekerja untuk diri sendiri dan meninggalkan posisinya sebagai karyawan di Unilever. Berbekal harta warisannya, Bob berkeliling dunia dan sempat menetap di Belanda selama 9 tahun. Di momen itu, dia bekerja di perusahaan pelayaran Djakarta Lylod di Kota Amsterdam.
Bob Sadino memutuskan kembali ke Indonesia pada tahun 1967. Berbekal dua buah mobil Mercedes, dia memulai usahanya dengan membuka sewa mobil dengan Bob Sadino sendiri yang menjadi sopirnya. Namun, dia mendapatkan kecelakaan saat menjalankan bisnisnya itu yang mengakibatkan mobilnya rusak parah. Kerugian yang didapatnya itu membuat Bob Sadino tidak memiliki cukup modal untuk memperbaiki mobilnya hingga dia memutuskan untuk menjadi kuli bangunan.
Setelah menjalani kehidupan yang cukup pelik hingga sempat membuatnya depresi, atas saran rekannya bernama Sri Mulyono Herlambang, Bob Sadino mulai memelihara ayam hingga memunculkan ide untuk memiliki usaha ternak ayam. Dari sinilah usaha Bob Sadino mulai berkembang. Setelah penjualan telur ayamnya meningkat, Bob Sadino mengembangkan bisnisnya melalui bisnis sayuran.
Bekerja sama dengan petani-petani lokal, Bob mulai mengembangkan bisnis yang dinamakan Kem Farm. Dari bisnisnya yang terus meningkat itu menjadikan Bob Sadino memutuskan untuk membuka perusahaan yang berupa sebuah supermarket bernama Kem Chicks. Tak hanya itu, Bob Sadino juga mengembangkan usaha di bidang properti bernama The Mansion at Kemang, bekerja sama dengan Agung Sedayu Group.