Lebih lanjut, Filianingsih menuturkan bahwa sejak meluncurkan Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025, Bank Indonesia terus mendorong inovasi sistem pembayaran yang efisien dan terintegrasi.
Dalam enam tahun terakhir, kata dia, berbagai inisiatif strategis pun telah membawa lompatan besar bagi ekosistem digital nasional.
Filianingsih memaparkan bahwa hingga September 2025, transaksi BI-FAST telah mencapai 961 miliar transaksi dengan nilai mencapai Rp25 kuadriliun.
Sementara, QRIS mencatat 10,33 miliar transaksi atau 158% dari target tahunan, menjangkau 58 juta pengguna dan 41 juta merchant di seluruh Indonesia. Di mana kata Filianingsih, lebih dari 90% di antaranya adalah UMKM.
“Capaian ini menunjukkan peran nyata fintech dalam memperluas inklusi keuangan. Rasio inklusi keuangan kini telah menyentuh 75,92 persen,” jelas Filianingsih.
Tak hanya menjadi pemimpin di dalam negeri, kata Filianingsih, Indonesia kini juga menjadi pionir integrasi pembayaran lintas negara (cross-border) di kawasan regional.
Menurutnya, QRIS saat ini telah terkoneksi dengan Malaysia, Thailand, Singapura, dan Jepang, serta akan segera digunakan di Tiongkok dan Korea Selatan.
“Kita bukan pengikut, tetapi pionir. QRIS kini bisa digunakan masyarakat Indonesia di Jepang, dan sebentar lagi di Tiongkok dan Korea Selatan. Ini membuktikan posisi Indonesia sebagai inisiator integrasi pembayaran regional,” ungkap Filianingsih.
Baca Juga: BFN 2025 Resmi Dibuka, Pandu Sjahrir: Fintech Indonesia Harus Jadi Pemimpin, Bukan Sekadar Pengikut