Ia menjelaskan bahwa kekayaan sejati tidak hanya terletak pada materi, melainkan juga pada hal-hal yang lebih substantif seperti kebaikan, iman, dan pengabdian. 

“Kita kaya dalam kebaikan, kaya dalam iman kita, kaya di dalam pengabdian kita. Itu jauh lebih penting daripada kaya secara monetari,” tegasnya.

Melalui pandangan itu, Dato Sri Tahir mengajak masyarakat melihat makna kekayaan dari perspektif yang lebih luas. Bagi orang beriman, kekayaan terbesar adalah kemampuan untuk memperdalam ibadah. 

Bagi anggota masyarakat, kekayaan yang paling bernilai adalah kontribusi terhadap sesama. Pada akhirnya, kekayaan hati, bukan hanya kekayaan materi, yang menentukan kualitas hidup seseorang.