Setelah hampir dua dekade dikenal sebagai aktor, Marcel Chandrawinata mengambil langkah besar, yakni beralih ke balik layar sebagai produser film horor The Dark House. Sebuah pengalaman baru yang menurutnya bukan hanya menantang, tapi juga membuka perspektif segar dalam dunia perfilman.

“Saya mulai berakting sejak tahun 2005, dan akhirnya ingin tahu, bagaimana rasanya berada di belakang layer. Ternyata, jadi produser itu jauh lebih rumit dari yang saya bayangkan,” ujar Marcel dalam sesi konferensi pers, di Epicentrum XXI, Jakarta, Senin (2/5/2025).

Sebagai aktor, Marcel mengaku dirinya terbiasa fokus pada satu hal, yakni pendalaman karakter dan performa di depan kamera. Namun, ketika duduk di kursi produser, semuanya berubah.

“Saat jadi aktor, kita hanya menggali diri sendiri dan hadir total saat syuting. Tapi sebagai produser itu prosesnya panjang, mulai dari pra-produksi, produksi, hingga pasca-produksi. Kita harus mengawal semuanya secara detail,” tutur Marcel.

Yang lebih menantang lagi sata menjadi produser, menurut Marcel, adalah menyatukan berbagai visi dari banyak kepala.

“Bukan cuma ide sendiri, tapi harus berdiskusi dengan banyak pihak. Apakah cocok? Apakah sesuai arah cerita? Itu jadi tantangan tersendiri,” kata dia.

Meski demikian, Marcel tak mengeluh. Ia justru merasa bahwa proses ini membuatnya tumbuh.

“Saya belajar banyak di sini. Dan menariknya, saya ingin jadi produser lagi di film berikutnya,” ucapnya dengan semangat.

Baca Juga: The Dark House: Menerobos Batas Horor Konvensional dengan Cerita Lintas Zaman

Menariknya, The Dark House adalah film horror, genre yang selama ini jarang disentuh Marcel, bahkan sebagai aktor.

“Saya malah belum pernah main film horor, tapi justru mulai dulu dengan memproduksinya. Mungkin setelah ini baru saya main di film horror,” katanya sambil tertawa.

Menjadi produser, menurut Marcel, membuatnya melihat film dari perspektif yang lebih utuh.

“Waktu jadi aktor, saya cuma tahu adegan saya. Tapi jadi produser, saya harus tahu seluruh seluk beluknya, alur cerita, kekuatan visual, ritme emosi, hingga tantangan teknis,” tandas Marcel.

Dikatakan Marcel, film The Dark House ini tak hanya menyajikan ketegangan dan misteri, tapi juga mengangkat tema tentang interaksi manusia dengan dunia tak kasat mata. Salah satunya melalui permainan pemanggil arwah Charlie Charlie, sebuah ritual asal Spanyol yang menjadi pemicu utama konflik dalam cerita.

“Kami ingin mengenalkan bahwa Charlie Charlie ini juga bisa jadi gateway untuk berinteraksi dengan alam lain. Siapa tahu ke depan, permainan ini jadi sebesar jelangkung di Indonesia,” ujarnya.

Namun, ia mengingatkan bahwa ada batas-batas yang tetap harus dihormati.

“Bermain seperti ini boleh saja, tapi jangan sampai melanggar aturan. Karena hal-hal seperti ini tetap punya risiko,” tukasnya.

Baca Juga: Jadi Film Animasi Indonesia Terlaris Sepanjang Masa, 'JUMBO' Siap Tayang di Negara-negara Eropa dan Asia