Pendidikan merupakan salah satu faktor terpenting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM). Di berbagai negara maju, persentase masyarakatnya yang menempuh pendidikan tinggi cukup tinggi. Amerika Serikat, sebagai contoh, mempunyai sekitar 45% dari populasi usia kerja yang bergelar sarjana; sekitar 13% dari populasi usia kerjanya bergelar master; dan sekitar 1-2% dari populasi usia kerja memiliki gelar doktor. Di Inggris, sekitar 40% dari populasi usia kerja memiliki gelar sarjana; sekitar 12% dari populasi usia kerja memiliki gelar master; dan sekitar 1% dari populasi usia kerja memiliki gelar doktor.
Di Indonesia, sekitar 10-15% dari populasi usia kerja memiliki gelar sarjana. Sementara itu, hanya sekitar 1-2% memiliki gelar master dan kurang dari 1% memiliki gelar doktor. Dari persentase tersebut, beberapa lulusan bergelar master di Indonesia terjun menjadi pebisnis.
Baca Juga: Kisah Dato Sri Tahir Menjajal Bisnis Hingga ‘Pinjam Rumah’ Sang Mertua, Seperti Apa?
Berikut beberapa pebisnis Indonesia yang menempuh pendidikan hingga tingkat S2:
Hary Tanoesoedibyo
Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo atau Hary Tanoesoedibjo merupakan pendiri sekaligus pemilik dari perusahaan konglomerasi MNC Group. Pria kelahiran 26 September 1965 ini meraih gelar Master of Business Administration dari Ottawa University, Ottawa, Kanada pada tahun 1989.
Selain sebagai pemilik MNC Group yang bergerak di bidang media, jasa keuangan, entertainment hospitality, serta e-commerce & digital, Hary Tanoe menjabat berbagai jabatan berikut:
- Chairman PT MNC Investama Tbk (dahulu PT Bhakti Investama Tbk);
- Komisaris Utama PT MNC Sekuritas;
- Komisaris Utama PT MNC Sky Vision Tbk (Indovision);
- Komisaris Utama PT Global Informasi Bermutu (Global TV);
- Komisaris Utama PT Media Nusantara Informasi;
- Komisaris Utama PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia (MNCTV);
- Direktur Utama PT Global Mediacom Tbk;
- Direktur Utama PT Media Nusantara Citra Tbk;
- Direktur Utama PT Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI);
- Direktur Utama PT MNC Land Tbk sejak 2011; dan
- Direktur Utama PT GLD Property.
Sandiaga Uno
Sebelum masuk ke dunia politik, Sandiaga Salahuddin Uno atau lebih dikenal sebagai Sandiaga Uno merupakan seorang pebisnis. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Republik Indonesia periode 2020-2024 ini, bersama rekannya, merupakan pendiri PT Saratoga Advisor, perusahaan yang bergerak di bidang keuangan.
Lahir pada 28 Juni 1969, Wakil Gubernur DKI Jakarta masa bakti 2017–2022 ini merupakan lulusan dari Wichita State University, Amerika Serikat dengan predikat summa cum laude dan meraih gelar Bachelor of Business Administration. Dia lantas melanjutkan pendidikan S2-nya di Universitas George Washington, Amerika Serikat dengan meraih gelar Master of Business Administration.
Berikut berbagai pengalaman Sandiaga Uno saat menjabat posisi direksi di sejumlah perusahaan, antara lain:
- Summa Group, Jakarta, Mei 1990–Juni 1993;
- Seapower Asia Investment Limited, Singapura, Juli 1993–April 1994;
- MP Holding Limited Group, Singapura, Mei 1994–Agustus 1995;
- NTI Resources Limited, Calgary, Canada, September 1995–April 1998;
- PT Recapital 1997–2007;
- PT Saratoga Investama Sedaya, April 1998 – Juni 2015.
Erick Thohir
Sebelum menjabat sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Ercik Thohir telah berkecimpung di dunia bisnis. Pria kelahiran 30 Mei 1970 ini merupakan pendiri Mahaka Group, perusahaan induk dari perusahaan yang memiliki fokus pada bisnis media dan entertainment. Unit usaha Mahaka bergerak di bidang penyiaran (Gen FM), stasiun televisi (Jak TV), media luar ruang (Mahaka Advertising), media cetak (Harian Republika, Golf Digest), pemesanan dan penjualan tiket digital (RajaKarcis.com), dan berbagai perusahaan lainnya yang bergerak di bisnis olahraga dan hiburan.
Mantan Presiden Klub Inter Milan ini menempuh pendidikan S1-nya (Bachelor of Arts) dari Glendale Community College. Selanjutnya, Erick menyelesaikan program master untuk Bisnis Administrasi (Master of Business Administration) dari Universitas Nasional California, Amerika Serikat.
Baca Juga: Mengulik Kisah Dato Sri Tahir saat Memulai Bisnis Impor
Garibaldi Thohir
Kakak Erick Thohir ini lebih dikenal dengan panggilan Boy Thohir. Lahir pada 1 Mei 1965, Garibaldi Thohir merupakan pengusaha tambang batu bara yang mendirikan Adaro Energy. Boy meraih gelar Sarjana Administrasi Bisnis dari University of Southern California, Amerika Serikat di tahun 1988. Satu tahun kemudian, ia berhasil meraih gelar Magister Administrasi Bisnis dari Northrop University, Amerika Serikat.
Bersama Edwin Soeryadjaya dan Theodore Permadi Rachmat, Boy Thohir mengembangkan Adaro Energy hingga masuk dalam daftar 50 Perusahaan Terbaik di Asia versi Forbes pada 2011 silam. Adaro Energy juga menjadi perusahaan dengan total produksi batu bara terbesar kedua di Indonesia pada tahun 2022 dengan produksi 62,88 juta ton batu bara. Tak hanya itu, perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2008 itu masuk dalam daftar Top 2000 Global Forbes tahun 2023 dan menduduki peringkat ke-7 di Indonesia.
Gita Wirjawan
Menteri Perdagangan Republik Indonesia periode 2011-2014 di bawah pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini dikenal sebagai wirausahawan, investor, pemusik, produser, dan juga politikus. Lahir pada 21 September 1965, Gita Irawan Wirjawan memperoleh gelar sarjana dalam bidang Administrasi Niaga dari Universitas Texas di Austin pada tahun 1988. Dia meraih gelar magister ganda di bidang Administrasi Niaga dari Baylor University pada tahun 1989 dan bidang Administrasi Publik dari John F. Kennedy School of Government di Harvard University sebagai Mason Fellow pada tahun 2000.
Dalam bidang bisnis, Gita diketahui telah mendirikan Ancora Capital sebagai perusahaan investasi yang bergerak di bidang penanaman modal di segmen pasar menengah untuk sektor energi dan sumber daya alam. Selain Ancora, Gita juga mendirikan Omega Pacific Production/Ancora Music. Perusahaan ini bergerak di bidang musik dengan memproduksi dan menciptakan musik dalam berbagai aliran musik termasuk jazz, pop, lounge, boyband, dan lainnya.
Hermawan Kartajaya
Hermawan Kartajaya yang lahir pada 18 November 1947 ini merupakan pebisnis yang mendirikan MarkPlus, Inc. Didirikan pada tahun 1990 silam, MarkPlus, Inc merupakan perusahaan konsultan pemasaran yang diakui di Asia Tenggara. Keahliannya dalam bidang pemasaran (marketing) membuat Hermawan dijuluki sebagai bapak marketing Indonesia.
Pria yang aktif menulis buku ini mendapatkan gelar Sarjana Teknik dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) dan Sarjana Ekonomi dari Universitas Surbaya (UBAYA). Sementara itu, gelar masternya diraih di University of Strathclyde Graduate School of Business, Scotland 1995 sebagai Master of Science, International Marketing.
Baca Juga: 3 Rekomendasi Buku untuk Pebisnis Pemula Menurut Tjokro Wimantara
Nadiem Makarim
Nadiem Anwar Makarim atau yang lebih dikenal dengan Nadiem Makarim saat ini menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudiristek) Republik Indonesia. Sebelum menjabat sebagai menteri, pria kelahiran 4 Juli 1984 ini sudah dikenal sebagai pebisnis. Setelah lulus dari jurusan Hubungan Internasional di Universitas Brown, Amerika Serikat, Nadiem melanjutkan pendidikan S2 di Harvard Business School dengan meraih gelar Master of Business Administration.
Pada tahun 2010, Nadiem mendirikan perusahaan rintisan dalam bidang transportasi yang berkembang sangat pesat, yakni Gojek. Nadiem juga tercatat pernah menjabat sebagai Co-Founder dan Managing Director Zalora Indonesia serta Chief Innovation Officer Kartuku. Dia mundur dari jabatan sebagai Direktur Utama Gojek usai menerima amanah sebagai Mendikbudristek.
Belva Devara
Adamas Belva Syah Devara merupakan pendiri sekaligus Direktur Utama (CEO) Ruangguru, perusahaan rintisan digital yang bergerak di bidang pendidikan. Lahir pada 30 Mei 1990, Belva mampu menyelesaikan pendidikan pascasarjananya di dua universitas bergengsi dunia. Belva meraih gelar Master of Public Administration di Universitas Harvard, Amerika Serikat dan Master of Business Administration dari Universitas Stanford, Amerika Serikat.