Bagi Anita Hartati, sambal bukan sekadar pelengkap makanan. Sambal adalah cerita tentang rumah, kenangan, dan kasih sayang – terutama saat ia dan sang suami masih pacaran. Siapa sangka, resep sambal buatan suaminya di masa itu kini menjadi awal dari perjalanan bisnis yang membanggakan.
“Bisnis ini kami mulai tujuh tahun lalu dengan berjualan ayam geprek online, sambalnya hanya pelengkap. Tapi ternyata sambal kami yang justru jadi primadona,” ungkap Anita, dikutip Jumat (4/7/2025).
Tanpa latar belakang bisnis atau modal besar, Anita dan suami hanya berpegang pada satu keyakinan, yakni 'mulai aja dulu'.
Di usia mereka yang baru 28 tahun, pasangan ini membangun Sambal Nagih dari dapur rumah. Mereka belajar sambil jalan: cara berjualan online, memasarkan produk di Shopee, mengurus operasional, mengemas produk dengan aman, hingga memahami branding dan marketing. Semua dilakukan dengan semangat dan keberanian untuk terus mencoba.
Dari Sambal Rumahan Menjadi Primadona Pasar Digital
Industri sambal lokal memang kompetitif, namun Sambal Nagih berhasil mencuri hati pelanggan dengan cita rasa autentik dan varian sambal yang inovatif.
Mulai dari Sambal Matah, Sambal Cakalang, Sambal Cumi, Sambal Cabe Ijo, Sambal Roa, Sambal Terasi, hingga Sambal Bawang yang menjadi favorit, semuanya dikemas rapi dalam toples bersegel dan kardus berdesain menarik, lengkap dengan bubble wrap agar aman dikirim ke seluruh Indonesia.
Sejak bergabung dengan Shopee pada 2019, Sambal Nagih semakin berkembang. Bahkan, selama Big Ramadan Sale 2025, omset mereka melonjak lebih dari tiga kali lipat dibanding tahun lalu. Shopee tidak hanya menjadi platform penjualan, tetapi juga ruang tumbuh dengan kampanye tematik, flash sale, dan Shopee Live.
“Shopee Live membantu kami menjelaskan rasa dan bahan baku secara langsung ke pelanggan, menjawab pertanyaan mereka, dan menunjukkan proses packing sambal hingga siap dikirim. Kepercayaan pelanggan jadi semakin besar,” kata Anita. Selain itu, Shopee Ads juga berperan penting dalam meningkatkan visibilitas Sambal Nagih di tengah ketatnya kompetisi.
Melestarikan Rasa Lokal Lewat Inovasi Anak Muda
Bagi Anita, Sambal Nagih adalah simbol keberanian anak muda untuk melestarikan rasa lokal dengan cara yang lebih relevan dan kekinian. Baginya, keterbatasan bukan alasan untuk berhenti berkarya.
“Anak muda punya peran besar dalam menjaga budaya, termasuk lewat makanan. Kita nggak harus menciptakan sesuatu yang benar-benar baru. Kadang, yang dibutuhkan adalah keberanian untuk membungkus ulang apa yang sudah kita cintai sejak kecil,” tuturnya.
Kisah Anita dan Sambal Nagih menjadi bukti bahwa inovasi tidak selalu datang dari laboratorium besar atau modal jutaan rupiah, melainkan dari dapur sederhana, kemauan belajar tanpa henti, serta keyakinan untuk terus melangkah meski perlahan. Sebab, seperti sambal racikan mereka, usaha yang diracik dengan cinta dan ketekunan akan selalu ‘nagih’ di hati banyak orang.
Baca Juga: Perjalanan Inspiratif UMKM Permanence Your Clothes di Hari Keluarga Bersama Shopee