Perilaku tantrum pada anak kerap membuat orang tua kewalahan. Namun, menurut Psikolog Anak dan Remaja, Anastasia Satriyo, salah satu kunci untuk mencegah tantrum sebenarnya terletak pada pemahaman terhadap tahapan perkembangan anak, terutama kemampuan berbicara dan berkomunikasi sejak dini.

“Saya cukup concern sama tahap perkembangan anak, karena kalau di usia dua tahun anak belum bisa mengucapkan sekitar 20 kata, itu perlu diperhatikan,” papar Anastasia, saat ditemui Olenka, di Jakarta, belum lama ini.

Anastasia pun menekankan bahwa stimulasi bicara bukan berarti memaksa anak berbicara, melainkan mengajaknya berinteraksi secara alami.

“Bukan disuruh ngomong kayak ‘ayo, sembur, sembur’, tapi diajak ngobrol dulu, interaksi,”ujarnya,

“Misalnya, ‘eh, ini ada ini, ada itu’. Jadi setelah mereka mendapat stimulasi sensorik dan interaksi, kemampuan bicaranya akan berkembang. Kalau anak sudah bisa ngomong, itu akan mengurangi tantrum,”tuturnya.

Anastasia juga menyoroti pentingnya komunikasi dua arah dalam tumbuh kembang anak.

Menurutnya, saat ini, banyak orang tua yang merasa bangga ketika anak bisa menyanyi lagu dari YouTube, namun belum tentu anak tersebut mampu berinteraksi secara natural.

Baca Juga: Psikolog: Playground dan Belanja Bisa Jadi ‘Emotional Gym’ bagi Anak

“Kadang ada orang tua yang bilang, ‘anak saya bisa nyanyi lagu di YouTube’, tapi diajak ngobrol, tek-tokan gitu, enggak bisa,” tukasnya.

“Padahal yang kita cari itu kemampuan komunikasi dua arah seperti saat kita tanya, ‘kamu lagi pegang apa? Oh, gelas ya?’ Bukan hanya hafalan lagu atau huruf,” lanjut Anastasia.

Lebih lanjut, Anastasia menjelaskan bahwa kemampuan bicara yang sesuai usia dan kegiatan fisik yang cukup menjadi dua hal penting untuk mencegah tantrum pada anak usia dini.

“Untuk mencegah tantrum di toddler, pertama pastikan tahap bicaranya sesuai. Kalau belum, sekarang sudah banyak klinik tumbuh kembang anak yang bisa bantu melatih kemampuan bicara,” ungkapnya.

Selain itu, kata dia, aktivitas fisik juga memegang peran besar dalam mengatur emosi anak.

“Anak itu butuh waktu bergerak sekitar tiga jam sehari. Kalau kebutuhan itu tidak terpenuhi, dia bisa jadi cranky atau mudah rewel. Jadi penting untuk memberikan mereka ruang untuk bergerak dan menyalurkan energinya,” tandas Anastasia.

Baca Juga: Psikolog: Pola Asuh yang Seimbang Mampu Membuat Anak lebih Berani dan Percaya Diri